Cawapres Jokowi Bisa Sipil atau Militer
Jakarta -
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan telah mendeklarasikan Joko
Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden 2014. Muncul pertanyaan, siapa
sosok calon pendamping mantan wali kota Solo tersebut di ajang Pilpres,
Juli mendatang.
Pengamat politik Charta Politika, Arya Fernandes, memprediksi
beberapa skenario yang bakal dibangun PDI Perjuangan untuk menggaet
Calon Wakil Presiden (cawapres).
Pertama, penunjukkan dilakukan setelah Pemilu Legislatif berdasarkan
hasil perolehan suara. Bila PDI Perjuangan sukses meraih 25 persen suara
nasional atau 20 persen kursi di parlemen di atas 25 persen, moncong
putih dipastikan menunjuk cawapres dari internal.
Kedua, penentuan cawapres dilakukan sebelum Pileg. Menurut Arya, di
sini akan terjadi tarik menarik kepentingan, baik di internal maupun
eksternal. Mengingat belum ada hasil Pileg sebagaimana ketentuan dalam
presidential threshold yang akan membuat riskan PDI Perjuangan.
Dari dua skenario tersebut akan mengerucut pada beberapa pola.
Pertama, Arya mengistilahkannya dengan 'merah-merah' yaitu calon wakil
presiden dari internal PDI Perjuangan. Bisa dari trah Soekarno, Puan
Maharani misalnya. Atau politikus senior Banteng yang mendapat restu
Megawati.
"Pola kedua Cawapres dipilih dari eksternal. Nah siapa orang itu,
bisa berasal dari militer, bisa juga dari luar militer atau
profesional," kata Arya, di Jakarta, Sabtu (15/3).
Pola ketiga, PDI Perjuangan akan memilih figur dari partai lain.
Tidak terkecuali parpol yang sudah mendeklarasikan calon namun tidak
memenuhi ambang batas.
Pola keempat, kata Arya, bisa dari kalangan Kepala daerah. "Tetapi,
dari empat pola saya melihat PDIP akan memilih pola pertama atau kedua,"
ucapnya.
Melihat dari dua pola yang cenderung bakal dipilih PDIP itu, ada
beberapa calon yang menurutnya memiliki peluang besar untuk dipilih
sebagai cawapres.
Dari internal, bisa Puan Maharani, atau tokoh-tokoh senior seperti
Tjahjo Kumolo atau Pramono Anung. Alasan Puan Maharani, selain karena
dia memiliki trah Soekarno, Puan juga dinilai sudah memiliki kompetensi
sebagai pemimpin.
Sementara kecenderungan pada pola kedua, Arya melihat peluang militer
cukup besar. Kendati, dia menolak menyebut siapa figur militer yang
paling cocok mendampingi Jokowi.
Namun, Arya mengisyaratkan beberapa mantan petinggi militer, termasuk
Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Arya menilai Moeldoko memiliki peluang
yang cukup untuk bisa duduk berdampingan bersama Jokowi di Pemilu 2014.
"Kalau Moeldoko saya analisisnya ya semua Panglima TNI atau mantan
Panglima, atau mantan Kasad punya peluang yang sama. Tergantung
bagaimana kedekatannya, chemistry dengan calon presiden," jelasnya.
Ketua DPP PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari mengamini bahwa semua
cawapres PDI Perjuangan, termasuk dari kalangan militer memiliki peluang
yang sama dengan calon dari nonmiliter.
"Fifty-fifty, seperti juga peluang dari non militer (pengusaha,
politisi, ekonom) yang penting adalah peluang menang satu putaran, dan
perannya menggenapi karakter Pak Jokowi seperti Ahok yang tegas,
cekatan, prinsipil, action oriented. Termasuk peluang keduanya membentuk
pemerintahan yang kuat (strong leadership) karena kekuatan keduanya
maupun potensi dukungan politik terhadap keduanya," ujar Eva.
Dia tidak memungkiri sudah banyak pihak, termasuk kalangan militer,
yang mulai mendekati PDI Perjuangan, menyusul kepastian pencalonan
Jokowi sebagai capres. Namun, Eva menilai hal itu sebagai hal yang
lumrah. "Mendekat ke calon pemenang itu manusiawi, tapi bagus juga untuk
mengirim sinyal pada para pihak yang mau ganggu-ganggu," tandasnya.
Kalaupun nantinya PDI Perjuangan memilih cawapres Jokowi dari
kalangan militer, Eva menegaskan, tidak berdasarkan pertimbangan fisik,
seperti gagah dan kuat sebagaimana layaknya seorang tokoh militer.
"Kita tunggu Pak Jokowi maunya siapa. Siapa saja boleh ngusulin
nama-nama tapi tentu Jokowi kuncinya meminta pertimbangan ketum PDIP,"
kata Eva.
Sumber:Beritasatu.com
0 Response to "CAWAPRES JOKOWI BISA SIPIL ATAU MILITER"
Post a Comment