Tindak Kekerasan Bisa Menurun Secara Genetik
Jakarta - Belakangan ini masyarakat dikejutkan dengan beberapa kasus kekerasan berujung pembunuhan yang dilakukan oleh orang dewasa muda atau remaja. Salah satu yang paling mencuat adalah kasus pembunuhan Ade Sara (19) oleh tersangka Ahmad Imam Al Hafidz (19) dan Assyifa Ramadani (18).
Para pelaku diketahui sempat melakukan penganiayaan terhadap Ade Sara sebelum korban mengembuskan napas terakhirnya.
Baru-baru ini tersiar kabar, Sumatri Ownie, ayah dari Hafidz, setahun yang lalu sempat mendekam di penjara karena terlibat praktek aborsi saat masih berpraktek sebagai dokter. Kasus ini sempat banyak diekspos media pada 2009 lalu. Saat itu, polisi menggerebek tempat praktiknya di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Hal ini tidak memicu pertanyaan kemungkinan adanya faktor genetik yang memengaruhi kondisi psikologis Hafidz terkait kekerasan terhadap manusia lain.
"Banyak faktor yang dapat memengaruhi seseorang untuk bisa melakukan tindak kekerasan. Salah satunya adalah kondisi biologis, contohnya seperti faktor genetik, perubahan struktur dan fungsi otak, serta kondisi kesehatan jiwa yang tidak berkembang sesuai usianya," ujar dr Tjhin Wiguna, Sp. KJ, saat dihubungi saat dihubungi di Jakarta baru-baru ini.
Selain faktor genetik, kegemaran Hafidz menonton film kekerasan dan film pembunuhan juga bisa menjadi salah satu penyebab munculnya niatnya untuk menyiksa korban.
"Jika dilihat berdasarkan teori belajar, maka semua bahan yang dibaca dan dilihat berulang-ulang tentunya akan memberikan pengkondisian bagi anak untuk mengikuti apa yang ia baca atau tonton. Oleh karena itu, sebaiknya bahan bacaan dan tontonan anak harus bersifat positif untuk mendukung tumbuh kembang anak ke arah positif," tambah dr Tjhin.
Sumber: Beritasatu.com
0 Response to "Tindak Kekerasan Bisa Menurun Secara Genetik"
Post a Comment