Kairospos.com, Jakarta - Membaca berbagai komentar di media sosial melihat kondisi Ahok menangis saat membacakan nota pembelaan banyak merasa puas, membandingkannya dengan korban gusuran, atau mereka yang selama ini merampok anggaran Pemda DKI diantara mereka yang paling bahagia ditulis oleh Rumadi Ahmad
Ketua LAKPESDAM PBNU (13/12/2016) saya dapatkan dari WA Guntur Romly.
Ketua LAKPESDAM PBNU (13/12/2016) saya dapatkan dari WA Guntur Romly.
Hari ini, 13 Desember 2016, sidang perdana penodaan agama
dengan terdakwa Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dimulai. Meski ada
demo di luar sidang, namun secara umum sidang yang digelar di Pengadilan
Negeri Jakarta Utara yg terletak di Jalan. Gajah Mada Jakpus itu,
berjalan lancar. Dalam sidang kali ini, kita menyaksikan Ahok yang
sepenuhnya sebagai manusia biasa. Tidak ada suara keras seperti yg biasa
kita saksikan di TV. Kali ini, Ahok bahkan sesenggukan menunjukkan
kesedihannya dituduh melakukan penistaan terhadap Islam. Dalam eksepsi
yang dicakannya sendiri, Ahok bilang: "Saya sangat sedih, saya dituduh
menista agama Islam, karena tuduhan itu, sama saja dengan mengatakan
saya menista orang tua angkat dan saudara-saudara angkat saya sendiri, yang sangat saya sayangi, dan juga
sangat sayang kepada saya". Di situlah sisi manusiawi seorang Ahok.
Siapa yang paling bahagia dengan Ahok menjadi pesakitan? Di
samping rival politiknya dalam Pilkada DKI, bisa jadi punggawa FPI
termasuk yg paling senang. Perseteruan Ahok dengan FPI sudah berlangsung
lama. Kita tentu masih ingat berkali-kali FPI menggerakaan massa untuk
menggagalkan pelantikan Ahok menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi.
Ahok tidak mundur! FPI juga terus menggerakkan massanya. Sempat terjadi
kericuhan dalam demo itu. Bahkan salah seorang tokoh FPI Jakarta Novel
Bamukmin divonis 7 bulan penjara oleh PN Jakpus. Bahkan, FPI juga
mengangat gubernur sendiri, Fahrurrazi, dan tidak mengakui Ahok sebagai
gubernur.
Dalam demo-demo melawan Ahok, massa FPI cukup besar. Namun,
FPI tidak bisa menggalang perlawanan terhadap Ahok dalam jumlah massa
yg lebih besar.
Ahai....sampai kemudian Ahok terpeleset lidahnya di
kepulauan seribu. Saat yang ditunggu FPI akhirnya datang. Sedikit silap
lidahnya Ahok di Pulau Seribu bisa dikapitalisasi untuk membesarkan
permusuhan terhadap Ahok. Siapa yang tidak tergiur dengan ajakan membela
Islam dari perbuatan Sang Penista: Ahok!
Kalau saja lidah Ahok tidak terpeleset, saya yakin tidak
ada aksi 411 dan 212. Kalaupun ada, massanya tidak akan sebesar itu.
Demo pada Ahok sudah pasti terjadi, tapi emosi yang dikelola tidak akan
sebesar sekarang.
Massa pun bergerak sampai kemudian muncul aksi 411 dan 212.
FPI berada di atas angin karena mampu menggerakaan emosi massa.
Meskipun dari sisi materi yang dituduhkan itu sumir, tapi FPI pandai
memainkan isu "Ahok Menistakan Islam" ini. Bersyukur, aksi yang mereka
lalukan damai. Tidak ada kerusuhan, meskipun hate speech masih terdengar
dimana-mana.
Ke depan, hari-hari Ahok akan semakin sulit. Tiap minggu PN Jakut pasti akan menjadi arena demo dan hujatan.
Apakah Hakim akan cukup independen? Kita hanya bisa berdoa.
Tapi kalau berkaca dari kasus-kasus penodaan agama yang melibatkan
massa besar seperti ini, sulit dikatakan hakim tidak terpengaruh. Di
ujung dari persidangan, hakim akan dengan mudah mengatakan, keseleo
lidah Ahok sudah nyata-nyata membuat masyarakat resah, tersinggung, dan
keyakinannya merasa dinistakan. Itu sudah cukup untuk menjatuhi hukuman
pidana ke Ahok. Atau jangan-jangan 5 hakim yang mewakili Tuhan itu akan
benar-benar menjadi manusia merdeka.
Kita masih harus bersabar menunggu episode sidang berikutnya.
Sumber : Rumadi Ahmad, Ketua LAKPESDAM PBNU
0 Response to "Ahok jadi Pesakitan, Siapa Paling Bahagia? "
Post a Comment