Pdt Benyamin Obadyah, Gereja Kehilat Mesianik Indonesia |
KAIROSPOS.COM, Jakarta - Study Kitab Keluaran dari Perspektif Mesianik-Akar Ibrani
Parasha 6
Mishpatim ‘aturan hubungan dengan sesama’ (Keluaran 21:1-24:18)*
Mishpatim (bentuk jamak) diterjemahkan menjadi
‘peraturan-peraturan’ (LAI) dan ‘keputusan- keputusan’ (ILT). Tetapi
bila ditanya peraturan apa yang dimaksud dalam parasha ini, umumnya
pembaca Alkitab bangsa-bangsa tidak dapat menjawab dengan mantap.Di sinilah pentingnya perspektif Akar Ibrani yang membuka pemahaman yang akurat dari segi konteks, gramatika Ibrani, budaya dan sejarah Israel.
Para rabbi membagi 613 perintah-perintah Adonai Elohim yang menjadi 3 kategori yaitu: Mitzvot, Khukim dan Mispatim.
Pertama, mitzvot (bentuk jamak, tunggal mitzvat) sebagai perintah-perintah yang diberi alasan.
Misalnya, perintah memakai jumbai ( tzitzit ) di punca jubah dimaksudkan agar pemakainya mengingat segala perintah Tuhan. Dalam Mitzvot terdapat juga perintah yang disebut Edot (kesaksian) untuk menyaksikan perbuatan Tuhan dengan merayakan Shabbat dan Hari Raya Tahunan ( moedim ).
Misalnya, perintah memakai jumbai ( tzitzit ) di punca jubah dimaksudkan agar pemakainya mengingat segala perintah Tuhan. Dalam Mitzvot terdapat juga perintah yang disebut Edot (kesaksian) untuk menyaksikan perbuatan Tuhan dengan merayakan Shabbat dan Hari Raya Tahunan ( moedim ).
Kedua, khukim sebagai perintah-perintah yang diberikan
tanpa diberi alasannya, just do it . Lakukan karena ini perintah Raja.
Masuk dalam kategori ini adalah perintah tentang makan daging dengan
kriteria tertentu dalam Imamat 11.
Orang Yahudi mematuhinya seperti anak taat pada perintah ayahnya.
Lain dengan orang Yunani, mereka tidak dapat menghargai perintah yang tidak diberi alasan spesifik.
Inilah sebabnya orang Yunani yang menjadi percaya sekali pun tidak mau mentaati aturan makan kosher dalam Imamat 11.
Ketiga, mishpatim (bentuk jamak, tunggal mishpat)
sebagai perintah yang mengatur hubungan antar sesama dalam suatu
komunitas.
Parasha Mishpatim mencakup 53 perintah dalam Torah yang diberikan untuk menjaga hubungan antar sesama sehingga tidak men-dzolimi satu sama lain.
Ini meliputi hak budak Ibrani yang tidak boleh diperlakukan semena-mena; jaminan nyawa bahkan bagi seorang pembunuh; keadilan dalam memutuskan pertengkaran; peraturan tentang ganti rugi akibat pencurian; kekudusan moral; ketentuan orang miskin tidak boleh ditindas, dan sebagainya.
Dalam Keluaran 21:24 tertulis ‘mata ganti mata, gigi ganti gigi’ yang merujuk pada keadilan dalam memutuskan perkara pertengkaran dalam masyarakat. Sayang frasa ini dipahami keliru oleh Kristen bangsa-bangsa seakan Torah membenarkan kekerasan dibalas dengan kekerasan.
Sebagai contoh, Franz Magnis-Suseno, rohaniawan Katolik,
menulis, " ... hukuman yang dijatuhkan atas pelanggaran norma hukum
tidak boleh dilihat sebagai pembalasan. Lex talionis (gigi demi gigi,
mata demi mata, nyawa demi nyawa) sekarang ditolak."( Kompas,
16/3/2017).
Jelas sekali rohaniawan tersebut telah mengaitkan ayat Torah tersebut sebagai ungkapan pembalasan; padahal dalam konteksnya Keluaran 21:24 justeru menekankan keadilan dalam pemutusan perkara.
Dalam Khotbah di Bukit, Yeshua berkata: “Kamu sudah
mendengar yang telah dikatakan: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Namun Aku berkata kepadamu: Janganlah melawan yang jahat, melainkan
siapa yang menampar engkau pada pipimu yang kanan, serahkanlah kepadanya
pipi yang lain juga”.(Matius 5:38-39).
Banyak yang menafsir bahwa Yeshua sedang melawan Torah
Moshe. Keliru! Perhatikan, Yeshua tidak mengatakan ‘ada tertulis’
tetapi Ia berkata ‘kamu sudah mendengar’ yang tidak lain adalah tafsir
kelompok garis keras seperti kaum Zeloti dan Sicarii pada zamannya.
Dengan tafsir yg telah digoreng tersebut mereka telah memperalat ayat
Torah untuk kepentingan politik sesaat yaitu melawan penjajah Romawi.
Yeshua sebagai Firman Elohim yg mengetahui maksud BapaNya
dalam Torah segera mengoreksi tafsir yang berkonotasi ‘pembalasan’ dan
bukan pedoman pemutusan perkara dengan adil seperti yang ditulis oleh
Moshe!
Penting sekali memahami makna mishpatim, yang sesungguhnya
merupakan implementasi dari ‘kasihilah sesama manusia seperti engkau
mengasihi dirimu sendiri’ ( Imamat 19:18 dan Markus 12:31).
Perlu ditambahkan, klasifikasi Torah menjadi hukum moral
dan hukum bayangan menurut Teologi Dispensasi merupakan usulan baru abad
19 yang dak dikenal oleh murid-murid Yeshua abad pertama yang semuanya
Yahudi yang paham Torah.
Parasha mishpatim mengajar kita bahwa sebagai orang
percaya kita punya tanggungjawab mewujudkan kebenaran dan keadilan dalam
komunitas yang didorong oleh kasih kepada sesama manusia.
Penulis : Pdt Benyamin Obadyah, Gereja Kehilat Mesianik Indonesia
0 Response to "Gigi Ganti Gigi : Konteks Asli VS Tafsir Populer"
Post a Comment