KAIROSPOS.COM, JAKARTA - Berita berita Hoax telah menjadi perhatian serius pemerintah saat ini, karena Hoax hampir seperti penyakit flu menular menyebar tanpa pandang bulu hingga Istana Presiden tak luput menjadi meriang karenanya. Berita Hoax yang tadinya dikenal dimedia sosial masuk kemedia cetak dengan Tabloid Obor Rakyat yang sudah kena pidana pelakunya. Dewan Pers bergerak dengan mengeluarkan aturan kode verifikasi berupa kode batang digital dua dimensi (Quick Response Code/QR code) bagi perusahaan pers terverifikasi menuai kritik dari pekerja media online dan mengadakan unjuk rasa ke gedung Dewan Pers (http://www.wajahnusantaraku.com/2017/03/fpii-gruduk-kantor-dewan-pers.html).
Tujuan Dewan Pers sangat jelas memberikan filter dan sangsi pada semua media, tetapi kebijakan ini yang tujuannya menghantam dan menghancurkan pembuat dan penikmat Hoax malah seluruh pengiat Jurnalisme terkena getahnya ini yang ditolak media media diluar mainstraim yang sudah diverifikasi.
Diranah informasi ada yang disebut "misinformation" dan "disinformation". Yang pertama adalah kesalahan karena kekurang cermatan, sedangkan yang kedua memang sengaja dibuat salah.
Hoax adalah kategori yang kedua, dan merupakan perbuatan
yang sengaja mengelabui, mengecoh, dan menipu khalayak untuk menimbulkan
kekacauan, kesalahpahaman, dan kebingungan atau bahkan kepanikan.
Sebagaimana halnya semua "teks" maka hoax pun memiliki
"konteks", dan di Indonesia saat ini konteksnya adalah persaingan
politik. Hoax yang sekarang marak di Indonesia adalah upaya sistematis
untuk menimbulkan kesalahpahaman antar etnik dan antar agama. Tujuan
praktisnya jelas : memenangi persaingan perebutan kekuasaan politik
dengan jalan mengadudomba rakyat.
Hoax pada umumnya tentu saja meruntuhkan tatanan "trust"
(saling percaya) di masyarakat, namun yang terjadi di Indonesia lebih
spesifik, yaitu meruntuhkan tatanan kebangsaan yang berbasis
kebhinekaan.
Hoax di Indonesia tidak selalu sama dengan di negara lain,
namun polanya mirip dengan yang terjadi di Amerika Serikat pada
akhir-akhir ini, ketika salah satu pihak yang berseteru menggunakan isu
agama dan etnik untuk meraih kursi kepresidenan.
Hoax di Indonesia juga begitu : digunakan oleh salah satu pihak untuk merebut kekuasaan lewat isu-isu etnik dan agama.
Mengapa di Indonesia begitu cepat tersebar berita Hoax karena Indonesia menjadi jumlah pemakai Smartphone no.5 terbesar di dunia. Jumlah pengguna Internet di Indonesia tahun 2016 adalah 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Pengguna internet terbanyak ada di pulau Jawa dengan total pengguna 86.339.350 user atau sekitar 65% dari total penggunan Internet. Jika dibandingkan penggunana Internet Indonesia pada tahun 2014 sebesar 88,1 juta user, maka terjadi kenaikkan sebesar 44,6 juta dalam waktu 2 tahun (2014 – 2016). Tentu data / fakta ini menggembirakan, terutama bagi para pengusaha atau pemilik toko online, pengelola provider untung banyak. Data ini diumumkan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). APPJII telah mengumumkan hasil survei Data Statistik Pengguna Internet Indonesia tahun 2016.
Jumlah pengguna internet yang mencapai 132,7 juta jiwa tidak diimbangi dengan tingkat literasinya, Indonesia di posisi kedua terendah di bawah Botswana di Afrika”. Tidak aneh jika isu-isu SARA menjadi sasaran empuknya, terlebih kelompok minoritas menjadi bal-balan istilan orang Jawa.
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak berita palsu yang beredar dengan memanfaatkan tingkat kemalasan orang Indonesia dalam hal membaca dan mencari fakta. Kalau hal ini dibiarkan, bisa-bisa negara ini bakal ditutupi dengan kebencian yang disebar melalui berita hoax.
Meski Polri telah menerbitkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (“SE Hate Speech”). Dimana intinya masyarakat harus hati-hati dengan jempolnya, menahan emosinya karena dapat dituntut hingga 6 tahun penjaran dan denda satu milyar rupiah.
Harapan penulis agar Indonesia segera lepas dari Virus Hoax adalah menahan diri, menjaga emosi selalu berpikir kritis, cerdas dan menjaga emosi adalah strategi terbaik.
Penulis : Nengah Dharma, Praktisi Hukum dan Pengamat Sosial.
Mengapa di Indonesia begitu cepat tersebar berita Hoax karena Indonesia menjadi jumlah pemakai Smartphone no.5 terbesar di dunia. Jumlah pengguna Internet di Indonesia tahun 2016 adalah 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Pengguna internet terbanyak ada di pulau Jawa dengan total pengguna 86.339.350 user atau sekitar 65% dari total penggunan Internet. Jika dibandingkan penggunana Internet Indonesia pada tahun 2014 sebesar 88,1 juta user, maka terjadi kenaikkan sebesar 44,6 juta dalam waktu 2 tahun (2014 – 2016). Tentu data / fakta ini menggembirakan, terutama bagi para pengusaha atau pemilik toko online, pengelola provider untung banyak. Data ini diumumkan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). APPJII telah mengumumkan hasil survei Data Statistik Pengguna Internet Indonesia tahun 2016.
Jumlah pengguna internet yang mencapai 132,7 juta jiwa tidak diimbangi dengan tingkat literasinya, Indonesia di posisi kedua terendah di bawah Botswana di Afrika”. Tidak aneh jika isu-isu SARA menjadi sasaran empuknya, terlebih kelompok minoritas menjadi bal-balan istilan orang Jawa.
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak berita palsu yang beredar dengan memanfaatkan tingkat kemalasan orang Indonesia dalam hal membaca dan mencari fakta. Kalau hal ini dibiarkan, bisa-bisa negara ini bakal ditutupi dengan kebencian yang disebar melalui berita hoax.
Meski Polri telah menerbitkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (“SE Hate Speech”). Dimana intinya masyarakat harus hati-hati dengan jempolnya, menahan emosinya karena dapat dituntut hingga 6 tahun penjaran dan denda satu milyar rupiah.
Harapan penulis agar Indonesia segera lepas dari Virus Hoax adalah menahan diri, menjaga emosi selalu berpikir kritis, cerdas dan menjaga emosi adalah strategi terbaik.
Penulis : Nengah Dharma, Praktisi Hukum dan Pengamat Sosial.
0 Response to "HOAX DENGAN VIRUS SARA"
Post a Comment