T.B. Simatupang: Hubungan Kristen Protestan dengan Pancasila di Indonesia
KAIROSPOS.COM, JAKARTA - Bangsa Indonesia, sejak semula telah dikenal sebagai bangsa
yang religius, bangsa yang memiliki kepercayaan dan hubungan dengan
Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang dinyatakan dalam sikap
hidup yang didasarkan kepada ajaran-ajaran agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh toleransi di antara
pemeluk-pemeluknya.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah diakui oleh masyarakat Indonesia. Namun sejarah dari masa ke masa menunjukkan, bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah menjadi dasar dan memberikan warna terhadap semua segi kehidupan bangsa.
[1] Menurut pandangan Kristen Protestan, tidak ada masalah
untuk menerima Pancasila. Bahwa Pancasila telah memberikan banyak
inspirasi, selama pemahaman tentang kelima sila dari Pancasila tetap
terbuka dan Pancasila tidak kemudian menjadi doktrin yang tertutup.
Orang-orang Kristen Protestan dapat memahami sila pertama, dengan
menyatakan bahwa di dalam kerangka kepercayaan kepada yang transenden,
orang-orang yang sudah memiliki agama dapatlah terus melakukan dialog
berdasarkan sikap saling menghargai demi tanggung jawab bersama.
[2] Negara Indonesia yang memilki Pancasila sebagai dasar
negara maupun filsafat hidup atau pegangan hidup bangsa Indonesia,
setiap rakyat Indonesia harus mempercayai Tuhan Yang Maha Esa, pada
dasarnya sila-sila dari Pancasila itu telah berakar pada jiwa Bangsa
Indonesia.
[3] Pancasila berfungsi sebagai bimbingan moral dan etika, yang
telah ditransformasikan menjadi dasar konsep politik yang sedemikian
rupa. Ada dua kelompok yang sangat berpengaruh dalam pembentukan
ideologi suatu bangsa. Pertama, kelompok nasionalis sekuler kedua
kelompok nasionalis muslim. Yang dimaksud nasionalis sekuler adalah
kelompok-kelompok yang menjadi pemimpin politik yang di Indonesia
seperti pemimpin pilitik dari kalangan muslim, pemimpin politik dari
kalangan Katolik, pemimpin politik dari kalangan Protestan, pemimpin
politik dari kalangan Hindu. Secara tegas kelompok-kelompok nasionalis
sekuler menolak agama dijadikan sebagai dasar negara. Meskipun secara
personal nasionalis sekuler bukan kaum sekuleris, bahkan nasionalis
sekuler tidak menggunakan agama sebagai ideologi atau sistem politik.
[4] Kelompok nasionalis muslim adalah kelompok yang mempunyai
gagasan bahwa Islam harus dijadikan sebagai dasar negara, antara agama
dan politik tidak dapat dipisahkan karena tidak ada pemisahan antara
persoalan duniawi dan ukhrawi dalam Islam.
[5] Di bumi Indonesia tidak hanya mayoritas agama Islam saja
tetapi masih ada agama-agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu dan
Budha yang butuh perlindungan dari negara. Oleh sebab itu , yang pantas
dijadikan dasar negara adalah Pancasila, agar semua agama yang ada di
Indonesia dapat menerimanya, bukan berarti setelah ber Pancasila lalu
meninggalkan agama, tetapi Pancasila dan agama harus sejalan, Pancasila
tanpa agama akan kosong hasilnya.
[6] Menurut Faisal Ismail Konflik antara kelompok nasionalis
sekuler dengan kelompok nasionalis muslim mengenai landasan falsafah
negara tetap tegang, sehingga terbentuklah Piagam Jakarta pada butir
pertama yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Bunyi butir pertama Piagam Jakarta yang
memberikan posisi umat Islam di Indonesia yang memungkinkan untuk
menerapkan syariat Islam, di negara Indonesia yang meskipun umat Islam
yang pada dasarnya harus menerima Pancasila sebagai ideologi negara.
[7] Bunyi butir pertama dari Piagam Jakarta mendapatkan
tantangan yang keras dari orang-orang yang non muslim, yang menyatakan
bahwa konsekuensi kalimat Islam sangat mengesampingkan agama-agama lain
yang ada di Indonesia. Seakan-akan menonjolkan agama orang yang
mayoritas yaitu agama Islam, jika tidak diganti butir pertama dari
Piagam Jakarta, maka dari kalangan agama orang yang minoritas yaitu
agama non Islam akan memisahkan diri dari Republik Indonesia.
[8] Agar bangsa Indonesia tidak terpecah-pecah maka kedua
kelompok tersebut melakukan musyawarah untuk mengganti bunyi pertama
dari Piagam Jakarta agar tidak menyinggung perasaan dari kalangan agama
minoritas, maka dengan kesepakatan bersama antara kelompok nasionalis
sekuler dengan kelompok nasionalis muslim , maka Piagam Jakarta diganti
dengan bunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
[9] Untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan antara
kelompok nasionalis sekuler dan kelompok nasionalis muslim, maka PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan Pancasila sebagai dasar
negara.
[10] Dengan disahkannya UUD 45, maka nilai-nilai yang esensial dalam Pancasila adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia .
Selain itu juga kebebasan untuk memeluk agama di Indonesia ditegaskan dalam UUD 45 Pasal 29 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
[11] Pasal-pasal yang terdapat dalan UUD 45 yang merupakan
sebuah transformasi Pancasila sebagai norma-norma untuk hidup
bermasyarakat, dalam bidang keagamaan, hukum, politik, sosial dan
ekonomi.
[12] Pancasila dapat dijadikan sebagi alat pemersatu bangsa
Indonesia, dapat diterima oleh semua pihak. Kenyataan telah mewujudkan
bahwa dengan Pancasila dapat menimbulkan semangat persatuan dan kesatuan
bangsa dapat membawa keutuhan negara Republik Indonesia.
[13] Butir demi butir dari kelima sila Pancasila dalam
penjelasannya jelas tidak bertentangan dengan Al-Kitab, dalam
pelaksanaannya secara keseluruhan dapat mendukung pengembangan kegiatan
setiap agama yang ada di Indonesia.
[14] Penjelasan butir demi butir dari kelima butir Pancasila yang erat hubungannya dengan Al-Kitab adalah:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing.
Penjelasan Al-Kitab:
Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi. (Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1 Yohanes 4:8). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong, Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)
Sila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing.
Penjelasan Al-Kitab:
Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi. (Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1 Yohanes 4:8). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong, Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan melaksanakan tanggung jawabnya.
Penjelasan Al-Kitab:
Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)
Sila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan melaksanakan tanggung jawabnya.
Penjelasan Al-Kitab:
Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.
Penjelasan Al-Kitab:
“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri…” (Roma 14:7a)
Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.
Penjelasan Al-Kitab:
“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri…” (Roma 14:7a)
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Sila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, musyawarah untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Penjelasan Al-Kitab:
“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14)
“Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)
Sila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, musyawarah untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Penjelasan Al-Kitab:
“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14)
“Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan pertolongan kepada orang lain.
Penjelasan Al-Kitab:
“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”. (Mazmur 82:3)
Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan pertolongan kepada orang lain.
Penjelasan Al-Kitab:
“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”. (Mazmur 82:3)
Dengan demikian menurut orang Kristen sila-sila dalam
Pancasila tidak bertentangan dengan Al-Kitab bahkan dalam pelaksanaannya
secara konsekuen/mendukung apa yang terdapat dalam Al-Kitab.15
Penjelasan di atas menurut pandangan T.B. Simatupang
Pancasila adalah lebih dari sekedar payung, Pancasila mempunyai daya
tarik emosionalnya tersendiri. Pancasila sebuah ideologi dan sebuah
pandangan hidup.16
Sumber :
_HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA DI INDONESIA (Studi Atas Pemikiran T. B. Simatupang) Skripsi, oleh : M I S W A N D I, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA, YOGYAKARTA, 2004_
[5:38 malam 27/07/2017] Freddy Edward Situmorang: [1]T.B. Simatupang ( dkk .), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dalam Negara Pancasila Yang Membangun (Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1996), hlm. 92.
[2]T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984), hlm. 12-13.
[3]T.B. Simatupang (dkk.) , op.cit., hlm.97.
[4]Faisal Ismail , Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm.4-5.
[5]Faisal Ismail, loc.cit..
[6]Deliar Noer, Islam Pancasila dan Asas Tunggal (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1983), hlm.5.
[7] Ibid ., hlm.45-46.
8Ibid., hlm . 49.
9Ibid .,
10 Kaelan , Pancasila Yuridis kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma Masyarakat Madani ( Yogyakarta : Paradigma,1999 ), hlm. 55-56.
11 Eka Darmaputra, Pancasila Identitas dan Moralitas, Tinjauan Etis dan Budaya ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1997 ), hlm. 110 –111.
12 PJ. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,Penelitian Pancasila Dengan Pendekatan Historis, Filosofis, Sosiologis , Yuridis Kenegaraan ( Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 135-136.
13 Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara ( Jakarta : Rajawali Press, 1992 ), hlm. 21-22.
14 P. Oktavianus, Mengapa Umat Kristen Menerima Pancasila Sebagai Azaz Tunggal Dalam Hidup Berbangsa , Bernegara, Bermasyarakat ( Malang : Departemen Literatur Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia , 1985 ), hlm. 13.
15 Ibid., hlm. 16-20
16 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila , op.cit., hlm. 10.
_HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA DI INDONESIA (Studi Atas Pemikiran T. B. Simatupang) Skripsi, oleh : M I S W A N D I, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA, YOGYAKARTA, 2004_
[5:38 malam 27/07/2017] Freddy Edward Situmorang: [1]T.B. Simatupang ( dkk .), Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dalam Negara Pancasila Yang Membangun (Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 1996), hlm. 92.
[2]T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1984), hlm. 12-13.
[3]T.B. Simatupang (dkk.) , op.cit., hlm.97.
[4]Faisal Ismail , Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm.4-5.
[5]Faisal Ismail, loc.cit..
[6]Deliar Noer, Islam Pancasila dan Asas Tunggal (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1983), hlm.5.
[7] Ibid ., hlm.45-46.
8Ibid., hlm . 49.
9Ibid .,
10 Kaelan , Pancasila Yuridis kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigma Masyarakat Madani ( Yogyakarta : Paradigma,1999 ), hlm. 55-56.
11 Eka Darmaputra, Pancasila Identitas dan Moralitas, Tinjauan Etis dan Budaya ( Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 1997 ), hlm. 110 –111.
12 PJ. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,Penelitian Pancasila Dengan Pendekatan Historis, Filosofis, Sosiologis , Yuridis Kenegaraan ( Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 135-136.
13 Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara ( Jakarta : Rajawali Press, 1992 ), hlm. 21-22.
14 P. Oktavianus, Mengapa Umat Kristen Menerima Pancasila Sebagai Azaz Tunggal Dalam Hidup Berbangsa , Bernegara, Bermasyarakat ( Malang : Departemen Literatur Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia , 1985 ), hlm. 13.
15 Ibid., hlm. 16-20
16 T.B. Simatupang , Iman Kristen dan Pancasila , op.cit., hlm. 10.
Penulis : Miswandi, dipublish oleh Freddy Edward Situmorang