KAIROSPOS.COM, Jakarta - Nehemia 1:2-6 (TB) datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem. Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit, kataku: "Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya, berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa.
Peristiwa yang terjadi sekitar tahun 445 sebelum Masehi ini berkisah tentang kembalinya orang Israel yang ditawan di Babel dan Persia. Kitab Nehemia sebenarnya tidak bisa dipisahkan dengan kitab Ezra. Ezra yang kembali dari pembuangan ke Yerusalem lebih dahulu dari Nehemia berfokus pada pembangunan kembali bait Allah. Sedangkan Nehemia membangun tembok Yerusalem yang sudah roboh.
Nehemia, yang pada saat itu sudah menjadi orang kepercayaan raja Artahsasta, sebenarnya bisa memilih untuk tetap berada di zona nyaman, menikmati kedudukannya di istana raja dan tidak berbuat apa-apa untuk kampung halamannya Yerusalem. Tapi Nehemia bukan tipe pemimpin yang puas berada di zona nyaman, comfort zone, dan tidak berbuat apa-apa melihat nasib saudara-saudara sebangsanya. Ada tiga hal yang menjadi karakteristik Nehemia dalam peristiwa ini: Nehemia peduli, berdoa dan bertindak.
1. Peduli
Kepedulian Nehemia dinyatakan dengan kesediaannya menerima kunjungan saudara-saudaranya dari Yerusalem. Setelah itu Nehemia bertanya tentang orang-orang Yahudi yang terluput dari penawanan dan tetap tinggal di Yerusalem. Kemudian Nehemia mendengar. Kepeduliannya dinyatakan dengan kesediaan untuk mendengarkan keluhan dan nasib bangsanya. Bukan hanya mendengar, Nehemia menanggapi , merespon dengan serius situasi yang dihadapi bangsanya.
2. Berdoa
Kepedulian Nehemia terhadap nasib bangsanya dinyatakan dalam doa. Nehemia mencari Allah. Nehemia tidak bergantung pada kekuatannya sendiri sekalipun dia berada dalam lingkungan kekuasaan. Nehemia berdoa dengan kesungguhan hati, yang terlihat dari sikap hatinya yang berkabung dan berpuasa serta berdoa siang dan malam. Dalam doanya, Nehemia mengaku dosa, mengakui dosa bangsanya dihadapan Allah. Nehemia juga dengan rendah hati menyamakan dirinya dengan bangsanya, mengakui dosanya dan dosa keluarganya bersama dengan dosa bangsanya.
3. Bertindak
Nehemia bukan tipe pemimpin yang hanya peduli dan berdoa. Dia adalah tipe "Man of Action". Nehemia bertindak. Dia melakukan sesuatu, melakukan apa yang dia doakan. Nehemia bukan tipe pemimpin yang "merohanikan segala sesuatu" dengan berkata "yang penting sudah berdoa, hasilnya serahkan pada Tuhan". Tidak. Nehemia bukan pemimpin seperti itu. Dia bertindak dan melalukan. Bangsa kita Indonesia sedang mencari pemimpin-pemimpin rohani yang mau peduli, berdoa dan bertindak. Tuhan Yesus memberkati.
Penulis : Yerry Tawalujan, 13 Juli 2017
Yerry Tawalujan, 13 Juli 2017
0 Response to "Nehemia: Pemimpin yang peduli, berdoa dan bertindak"
Post a Comment