KAIROSPOS.COM, JAKARTA - Puncak peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI)
2017 bertemakan “Peran Aktif dan Pendayagunaan Seluruh komponen dan
potensi bangsa dalam menghadapi keadaan darurat narkotika menuju
Indonesia yang sehat”. digelar di Lapangan Tugu Api Pancasila TMII
Jakarta kemarin (13 Juli 2017) pagi hingga siang hari, dihadiri sekitar
1000 orang undangan dari berbagai kalangan, dimeriahkan oleh sejumlah
penampil pertunjukkan, seperti drama musikal oleh Studio 26, Paduan
Suara Universitas Pelita Harapan, permainan kolintang oleh petugas BNN,
dan termasuk grup musik legendaris Slank.
Pada peringatan HANI yang sedianya diadakan pada 26 Juni 2017, namun
dikarenakan bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1438 H, maka diundur
hingga 13 Juli 2017, Kepala BNN Budi Waseso dalam sambutan laporannya
dihadapan Menkopolhukam (mewakili Presiden RI yang berhalangan hadir),
Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo, Ketua DPD Osman Sapta Odang, dan
ribuan tamu undangan, menyampaikan sejumlah pencapaian yang berhasil
diraih BNN, termasuk didalamnya pembongkaran sindikat jaringan
internasional sabu, dengan didukung jajaran Direktorat Narkotika Polri,
TNI dan elemen lainnya, BNN berhasil membongkar dan menyita sabu seberat
1 ton.
Buwas juga menyampaikan bahwa telah terjadi eksekusi terpidana mati
kasus narkotika WNI maupun WNA sejumlah 18 orang, salah satunya Freddy
Budiman. Sementara itu, data BNN sepanjang 2017 telah berhasil
mengungkap 423 kasus narkotika, dengan jumlah tersangka 597 orang (5
WNA, dan 592 WNI). Total aset kasus narkotika yang berhasil disita BNN
kurun waktu 2010-2016, sebanyak 561,4 Milyar.
Ada 3(tiga) jenis barang bukti narkotika terbanyak yang disita sepanjang
Januari-Juni 2017, Sabu seberat 236.306,80 gram; Ekstasi 108.590,25
butir; dan 61.363, 08 gram. Perkiraan kebutuhan Sabu sebesar 219 juta
gram, ganja 158 juta gram, dan ekstasi 14 juta butir. Bonus demografi
Indonesia menjadi target pasar peredaran gelap narkotika dan prekursor
terberat di Asia Tenggara.
Diperkirakan jumlah korban meninggal akibat penyalahgunaan narkotika,
sebanyak 40-50 orang meninggal per hari, sementara kerugian ekonomi
sebesar 72 trilyun rupiah setahun.
Buwas juga mengungkapkan hasil penelitian BNN dengan Puslitkes UI tahun
2016, bahwa angka prevalensi penyalahguna narkotika pada kelompok
pelajar dan mahasiswa sebesar 1,9%, atau dengan kata lain 2 dari 100
orang pelajar dan mahasiswa menyalahgunakan narkotika, jumlah ini
menurun dari angka sebelumnya 5,2%.
Lebih lanjut disampaikan Buwas data UNODC sejak 2008 hingga 2015,
terdapat 644 NPS (New psychoactive substances) yang dilaporkan 102
negara (sekarang sudah mencapai 800 NPS), sebanyak 65 jenis baru
narkotika tersebut sudah masuk di Indonesia, namun baru 43 jenis yang
masuk dalam peraturan Menkes No.2 Tahun 2017.
Namun demikian, Buwas mengemukakan bahwa ada kendala terkait personil,
anggaran, sarana dan prasarana saat ini, BNN masih belum mendapat jumlah
yang dapat mendukung kegiatan operasional yang semakin meningkat.
BNN dengan BRI disela-sela rangkaian kegiatan HANI 2017, melakukan
penandatanganian MoU dlm rangka penyebarluasan informasi melalui Program
BRI Mencerdaskan Anak Bangsa “Sadar Bahaya Narkoba Bersama BRI".
Menkopolhukam Wiranto saat menyampaikan sambutan mewakili Presiden RI,
selain menyampaikan apresiasi atas pencapaian BNN, juga menjelaskan
kejahatan narkotika tidak hanya semata-mata demi keuntungan ekonomi,
tetapi telah berkembang dengan motif membiayai kejahatan terorisme.
Kejahatan narkotika juga erat kaitannya dengan kejahatan perdagangan
orang (human trafficking), dimana setiap tahun ribuan orang dari seluruh
dunia dijebak dengan narkotika, dan terjerumus dalam kejahatan
perdagangan orang. Narkotika juga dapat digunakan sebagai salah satu
senjata dalam proxywar; perang baru untuk melumpuhkan sebuah bangsa.
Dalam sejarah, kita belajar dari perang candu di Cina antara tahun 1834
sampai 1842, yang membawa dampak jatuhnya Cina ke tangan Inggris karena
perang candu, perang narkoba.
"Tidak ada kata lain, kejahatan narkotika yang sangat berbahaya dan
dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa, harus diberantas dan
ditangani dengan pendekatan yang seimbang, antara pengurangan pasokan,
dengan membongkar jaringan produsen, bandar dan pengedar, serta
pengurangan permintaan atau demand, dengan menambah fasilitas
rehabilitasi pecandu narkotika dan edukasi terus menerus kepada
masyarakat kita" ujar Wiranto.
Pada kesempatan peringatan HANI 2017 tersebut, BNN memberikan
penghargaan kepada sejumlah pihak yang telah membantu dalam menangani
masalah narkotika, diantaranya Kementerian PUPR, Kemenpora, Panglima TNI
Gatot Nurmantyo, Gubernur Sumut, Walikota Surabaya, Dirut BRI
Suprajarto, MM, Dirut PT Maspion Grup Dr. Ali Markus, PT Indomarco
Prismatama Dirut Sinarman Jonatan, Bapak H>P Panggabean, Bapak Manoj
Punjabi CEO MD Animation, PT Media Televisi Indonesia (Metro TV) Bapak
Suryo Pratomo Presiden Direktur, Rektor Institute Kalbis Ir. Sablin
Yusuf MSc., McompSc, Sekolah Menengah Pertama Pawyatan Ibu Sapriadi
Widyawati Rahayu, Bapak Agus Suwarno, Jerri Patinasarani, Ibu Nuri Elsa
Alex, dan komunitas SMA Kelulusan angkatan 1986-1989, Ikbal Willis
lulus.
Penandatanganan naskah kerjasama pun selain dengan BRI, dilakukan juga
oleh BNN dengan PT Pos dalam hal pencetakan sampul perangko Peringatan
Hari Anti Narkotika Internasional, akan dicetak 3000 sampul peringatan
HANI dan 400 perangko berdesain STOP NARKOBA diluncurkan PT Pos
Indonesia sebagai upaya mendukung P4GN. Sampul perangko yang dicetak,
hanya empat lembar yang ditandatangani secara khusus, dan itu semua akan
disimpan untuk Pemerintah, PT. Pos Indonesia, Museum Perangko, dan BNN.
Sampul perangko berisikan pesan tentang ancaman, dan juga bahaya
narkotika
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to " Puncak Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2017"
Post a Comment