KAIROSPOS.COM, Jakarta = Presiden Trump sedang berjudi di mana taruhannya adalah nyawa orang-orang Bule sendiri, ujar Ambassador for Peace Partogi Samosir kepada redaksi KAIROSPOS.COM. Memang Trump benar bahwa walaupun sejak tahun 1995, semua presiden AS telah menolak untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, karena kuatir akan merusak upaya perdamaian, namun kenyataannya kita tidak lebih dekat pada perdamaian abadi antara Israel dan Palestina.
Walau demikian, pernyataan Presiden Trump bahwa Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel adalah keputusan yang memperparah kemarahan yang selama ini telah menyuburkan berbagai aksi terorisme di seluruh dunia.
Partogi Samosir yang adalah Direktur Center for Europen Union Studies tersebut menjelaskan bahwa selama ini, Yerusalem memang berada di pusat pusaran konflik antara Israel dan Palestina. Kedua belah pihak memperebutkan Yerusalem sebagai ibu kota mereka. Israel merebut Yerusalem saat perang Timur Tengah pada 1967.
Israel kemudian mengumumkan Yerusalem sebagai ibukotanya, tapi tak diakui oleh dunia internasional. Untuk menyatakan sikap penolakan tersebut, tak ada negara asing yang mendirikan kantor perwakilannya untuk Israel di Yerusalem.
Oleh karena itu, saya berdoa kepada Allah supaya Trump menarik kembali keputusannya itu, sehingga seluruh dunia semakin menyadari bahwa sumber masalah yang sesungguhnya adalah pendudukan ilegal Israel di wilayah Palestina sejak 1967, bukan masalah agama. Konflik antara Palestina dengan Israel, bukanlah konflik antara Islam dengan Kristen, tegas Partogi.
Penduduk Palestina itu terdiri dari umat Muslim, Kristen, Katolik, Orthodox, dan Yahudi. Di Palestina tidak ada diskriminasi agama. Setiap penduduk Palestina punya hak yang sama dan tidak ada dikotomi antara Islam dan Kristen. Mereka hidup rukun. Seluruh umat Muslim, Kristen, Katolik, Orthodox, dan Yahudi di Palestina justru bersama-sama berupaya mengusir penjajahan Israel terhadap Palestina.
Itu sebabnya pengakuan Trump pada dasarnya adalah sebuah pelanggaran hukum internasional, karena sangat bertentangan dengan Resolusi PBB mengenai Israel-Palestina.
Bahkan keputusan Trump tersebut adalah tragedi kemanusiaan, karena memecah-belah dan hanya akan memicu pertumpahan darah di mana yang menjadi korbannya adalah rakyat biasa seperti saya, simpul Partogi.
0 Response to "Yerusalem: Trump Taruhan Nyawa Warga Negaranya Sendiri"
Post a Comment