KAIROSPOS.COM, Jakarta - Bom bunuh diri Minggu pagi (13/05/2018) di beberapa Gereja di Kota Surabaya menggetarkan bukan hanya di Indonesia tetapi hingga ke mancanegara, setelah Polisi melakukan identifikasi ternya pelakunya satu keluarga, ayah, ibu, dan anaknya. Pertanyaan timbul di masyarakat fenomena apakah ini seorang ibu tega mengajak anaknya sendiri, hewan sekalipun akan melindungi anaknya. Penulis mewawancarai Dr. Angel Damayanti, pakar teroris, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Kristen Indonesia berikut wawancaranya :
Apa faktor yang mendorong seorang Ibu tega melakukan bom bunuh diri membawa anaknya, putus asa kah?
Kelihatannya sih bukan putus asa ya Mas Thony, ada beberapa alasan kenapa teroris sekarang membawa anaknya:
1. Para teroris memilih melibatkan anaknya dengan keyakinan bahwa mereka akan masuk surga bersama2 daripada membiarkan anak2nya tetap hidup di dunia ini tanpa orangtuanya.
Untuk anak yang masih belum bisa memilih sikap (di bawah 12 tahun) kemungkinan besar hanya mengikuti ajakan orangtuanya.
Tapi untuk anak yg sudah agak besar tapi masih di bawah 18 tahun ada bbrp kemungkinan:
1. Anak-anak yang dibesarkan oleh ayah ibu atau keluarga teroris dan pendukung teroris, kemungkinan besar akan didoktrin untuk memiliki keyakinan dan ideologi yang sama seperti orangtuanya.
3. Anak2 napiter yg marah ketika melihat, mendengar atau tahu bahwa orangtuanya ditangkap atau dibunuh oleh polisi akan mudah diarahkan untuk melakukan aksi terorisme krn mereka dibesarkan dengan kebencian dan keinginan balas dendam.
1. Anak-anak yang dibesarkan oleh ayah ibu atau keluarga teroris dan pendukung teroris, kemungkinan besar akan didoktrin untuk memiliki keyakinan dan ideologi yang sama seperti orangtuanya.
3. Anak2 napiter yg marah ketika melihat, mendengar atau tahu bahwa orangtuanya ditangkap atau dibunuh oleh polisi akan mudah diarahkan untuk melakukan aksi terorisme krn mereka dibesarkan dengan kebencian dan keinginan balas dendam.
4. Rekrutmen dan penyebaran ideologi untuk teroris anak (kategori usia di bawah 18 tahun) menjadi lebih mudah dengan adanya media online.
5. Pesantren-pesantren radikal yang mendidik anak2 usia 7-18 juga sangat membantu dalam melahirkan teroris anak.
Sekedar catatan saja, Penggunaan anak sebagai pasukan kerap digunakan oleh ISIS dan kelompok ekstrimis lainnya. Di Suriah, anak-anak berusia 7-15 tahun dilatih oleh pasukan ISIS bagaimana berperang, merakit bom dan diajar layaknya orang dewasa yang sedang berperang. Anak-anak itu ada yg berasal dari keluarga anggota/pendukung ISIS ada juga anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena dibunuh oleh tentara ISIS.
Apakah program Deradikalisasi yang telah dijalankan BNPT kurang berhasil, tidak optimal
Masalahnya ada pada penamaan "deradikalisasi" itu sendiri. Sejumlah anggota kelompok atau pendukung teroris antipati dgn istilah itu dan akibatnya menolak diikutsertakan dalam program tsb. Mungkin bisa diganti istilahnya dengan kata reedukasi atau rehabilitasi. Selain itu, pendekatan yang digunakan juga perlu dibedakan tergantung level keradikalannya. Harus dipisahkan dulu, mana yang sudah berpikir sangat radikal dan mana yang hanya simpatisan. Untuk merubah pola pikir orang2 sudah sangat radikal, tidak bisa menggunakan polisi atau ustad2 yang moderat, karena tidak akan ketemu pola pikirnya sehingga langsung ditolak. Tapi harus oleh para ahli agama yang mengerti benar ayat2 dan bacaan yang mendukung kekerasan dan aksi terorisme serta mampu membantah narasi2 tsb dengan dalil teologis yang lebih sahih.
Mengenai jumlah orang yang dideportasi dan Turki dan Suriah memang sangat beragam. Catatan BNPT, Polri dan Kemenlu bisa berbeda. Hal ini krn memang para deportan itu bisa kembali dengan cara yang bermacam2, termasuk melalui perbatasan jalur tikus yang lemah pengawasan.
Dari hasil diskusi mengapa Jerman berhasil menekan kelompok radikal yang masuk kenegara itu dibandingkan negara lainnya khususnya Perancis, dan negara Eropa lainnya.
Jerman melakukannya secara komprehensif, terintegrasi lintas departemen bukan hanya tugas polisi, dan Pertahanan(Army) tetapi Departemen, Agama, Departemen Sosial, Depdagri mereka terlibat menekan dan memblokade menyebaran komunitas dan idiologi mereka, berbeda dengan Perancis para politisinya memanfaatkan perolehan suara untuk mendukung perolehan kursi di parlemen, ada kemiripan dengan Indonesia karena adanya politisi, oknum oknum yang mendompleng memanfaatkan gerakan ini untuk perolehan suara.
Pembaca pasti sangat paham pasca bom di Markas Brimob kelapa dua Depok, di media sosial seperti ada gerakan pembenaran kelompok teroris ini, rekayasa, konspirasi, dan lain sebagainya tanpa data dan fakta akurat memberikan jawaban yang menyakitkan hati para keluarga korban. Sepertinya kondisi politik Indonesia sudah dipetakan oleh ISIS akan banyak yang berempati pada ekspansi politik Khilafah mereka di Asia Tenggara.
Hanya Pertahanan rakyat semesta, dan ketegasan pemerintah untuk menumpas mereka sampai ke-akarnya mampu memblokade gerakan mereka di Indonesia.
Penulis : Thony Ermando.
0 Response to "IBU TEGA MEMBAWA ANAK MELAKUKAN BOM BUNUH DIRI"
Post a Comment