KAIROSPOS.COM – Jakarta –
Kondisi kota metropolitan khususnya di Jakarta dengan pelbagai tempat hiburan
dan pergaulan bebas menyebabkan banyak kaum Milenial atau generasi muda penerus
bangsa terpapar penyalahgunaan narkotika wujud nyata kepedulian bersama ini
dengan semangat menuju Indonesia Bersinar (Bersih dari Narkoba) direspon cepat Dewan Pengurus Pusat Institusi
Penerima Wajib Lapor Badan Koordinasi Nasional Garda Mencegah Dan Mengobati
(DPP Bakornas GMDM) dengan mengandeng Persekutuan Anak Hamba Tuhan (PAHAT)
untuk menyelenggarakan “Seminar Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dan Deklarasi
Indonesia Bersih Dari Narkoba (BERSINAR)”, yang dilaksanakan di Glow
Fellowship, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu pagi (24/11/2018).
GMDM menggandeng Salah
satu pemateri yang hadir adalah staf ahli Badan Narkotika Nasional (BNN)
Brigjen (Pol) Dr. Victor Pudjiadi, SPB., FICS., DFM. Pada sesi itu Dr. Victor
mengurai bahaya penyalahgunaan narkoba yang ditinjau dari aspek kesehatan, psikologis
dan agama. Dia juga menjelaskan, bahwa bahaya penyalahgunaan narkoba memiliki
korelasi kuat dengan penyebaran sejumlah virus dan penyakit menular, yakni HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom).
Yang terpenting, menurut Victor, salah satu kunci untuk tidak
menggunakan atau lepas dari jerat narkoba adalah pilihan untuk berani bersikap
dan mengatakan “Tidak Pada Narkoba”. “Hidup adalah pilihan. Mau pilih mana?
Kiri pakai narkoba, atau kanan tidak pakai narkoba? Tentunya kita tidak mau
pakai narkoba,” ujar Dr. Victor di hadapan peserta seminar yang didominasi oleh
kaum remaja dan pemuda.
Pembicara di sesi kedua datang dari Yayasan PIONIR (Pemuda
Indonesia Bersinar) Richard Stevanus Nayoan. Richard membagikan kisahnya semasa
menyosialisasikan bahaya narkoba di dua bekas lokalisasi terbesar di Asia
Tenggara yang berlokasi di kota Surabaya, yaitu Doli dan Kremil. Tak hanya
melayani, Richard ikut menjadi saksi betapa besarnya efek destruktif dari
prostitusi dan narkotika bagi anak-anak yang hidup di tempat itu. Menurutnya,
penutupan dua lokalisasi tersebut merupakan sebuah jawaban Tuhan. “Saya percaya
Dolly bukan hanya ditutup oleh Walikota Surabaya, tetapi ditutup berkat doa
yang tidak putus dari anak-anak yang menaruh harap agar praktek prostitusi dan
peredaran narkoba tidak ada lagi di tempat itu,” kata Richard. Ketika
ditanyakan mengapa mengajak para remaja anak hamba Tuhan dalam acara ini,
Steven menjawab “Banyak remaja kriatiani terpapar kasus narkoba, kelihatannya
rajin ibadah dan ke gereja tapi terpapar
juga, justru tempat ibadah saat ini juga menjadi tempat yang rawan sebagai
tempat transaksi narkoba, karena masyarakat tidak menyangka akan terjadi” ungkapnya.
Berbicara konteks “Tantangan dan Ancaman Dalam Era Perang
Modern”, Kepala Bidang Pemberantasan Narkoba BNNP DKI AKBP Maria Sorlury SH.,
MH, memaparkan bahwa Indonesia telah menjadi wilayah proxy war yang strategis.
Keadaan itu dimanfaatkan oleh pihak asing untuk mengambil keuntungan, di
antaranya dengan memanfaatkan wilayah Indonesia sebagai pasar potensial
peredaran gelap narkoba. Yang menyedihkan ibu dari tiga orang anak itu adalah
terungkapnya fakta masih banyak orang Kristen terlibat dalam penyalahgunaan
narkoba.
“Dari lima orang yang saya tangkap, dua orang di antaranya pasti
ada yang Kristen. Mulai dari nama Yohanes, Petrus hingga Alexander,” ungkapnya
dengan nada penyesalan. Wanita yang akrab disapa Merry itu kemudian mengungkap
beberapa modus pelaku kejahatan narkoba yang tidak segan melibatkan anak kecil
sebagai kurir. “Jangan mau ketika ada yang meminta kalian mengantarkan paket
yang tidak jelas isinya. Sekarang sudah banyak yang berpura-pura meminta
membawakan air mineral, padahal isinya adalah carian sabu (sabu-sabu),” katanya
lagi.
Merry pun tak menampik hingga kini masih banyak oknum penegak
hukum yang mencoba “bermain mata” dengan pelaku kejahatan narkotika. Namun
tindakan tegas tetap harus dilakukan untuk memberikan sebuah efek jera. “Banyak
sekali teman saya yang masuk penjara karena mereka bergaul dengan para bandar
narkoba. Ketahuan, langsung dipecat,” tegasnya. Dia pun mengimbau agar generasi
muda Kristen belajar arif dalam memilah cara bergaul. “Saya berpesan, adik-adik
jangan bergaul dengan sembarang orang. Jangan sampai anak-anak Tuhan terjerumus
ke kejahatan narkoba,” ajaknya. Ada alasan khusus mengapa seminar bahaya
penyalahgunaan narkoba menyasar anak dan pemuda gereja. Menurut keterangan
ketua panitia seminar Steven Tambayong, gereja sebagai elemen bangsa harus
dirangkul untuk kemudian terlibat secara aktif melawan bahaya penyalahgunaan
narkoba.
“Acara ini menurut saya bertujuan menjadikan kita sebagai pionir
untuk di lingkungan gereja, dan momen untuk mengobarkan semangat. Semangat
kalau gereja dan tentunya tokoh-tokoh agama, anak-anak pendeta, anak-anak
gembala ini untuk berperan aktif. Terjun langsung, karena semua elemen
masyarakat bertanggungjawab terhadap permasalahan bangsa, tentang 7 juta jiwa
pengguna narkoba, tentang 1 juta pengguna narkoba yang ada di Jakarta,” kata
Steven di lokasi acara. Seminar Bahaya Penyalahgunaan Narkoba kali ini
merupakan salah satu dari program rutin Badan Koordinasi Nasional GMDM selaku
Intitusi Penerima Wajib Lapor. Kegiatan ini juga merupakan bentuk dukungan
masyarakat kepada pemerintah untuk memerangi bahaya narkoba, khususnya POLRI
dan pihak BNN. Peserta yang hadir pada seminar ini didominasi dari anak, remaja
dan pemuda dari tingkat Sekolah Dasar hingga Menengah Atas.
Tak hanya itu, GMDM turut berharap melalui acara ini masyarakat
dapat lebih memahami dan mewaspadai bahaya penyalahgunaan narkoba yang selalu
mengintai keluarga mereka. Di penutup nanti, GMDM bersama masyarakat akan ikut
mendeklarasikan gerakan Indonesia BERSINAR, yang dipimpin langsung oleh Ketua
Umum Bakornas GMDM Jeffry Tambayong.
0 Response to "Gerejapun Rawan Menjadi Sasaran Peredaran Narkoba"
Post a Comment