Kairospos.com - Berdasarkan data real count rekapitulasi hasil final dan sementara dari saksi Pak Sabam Sirait (Caleg DPD RI No 39),
Maka bisa dipastikan Pak Sabam Sirait lolos ke Senayan untuk melanjutkan pengabdian kepada Bangsa Indonesia mewakili Dapil DKI Jakarta. Sambil menunggu pengumuman resmi KPU 22 Mei. Pengabdian kepada Negara ini tidak akan pernah berakhir dan penghargaan kesetiaan kepada warga negara yang telah mengabdi.
Kesempatan mengabdi untuk memajukan Bangsa Indonesia tidak mengenal batas usia (tua-muda)
Semoga teladan yang diberikan Sabam Sirait- sebagaimana juga para tokoh bangsa yang menginspirasi dirinya-bisa menginspirasi kalangan politisi muda dan kalangan generasi muda untuk memberikan darma-baktinya bagi nusa-bangsa Indonesia tercinta.
Pak Sabam Sirait sebagai sosok panutan bagi setiap warga yang mengabdi memajukan bangsanya
SABAM SIRAIT BERPOLITIK BERSAMA 7 PRESIDEN
Suatu kali, mewakili pimpinan Parkindo, saya beripidato di depan Presiden Soekarno, dan puluhan ribu massa di Gelora Bung Karno. Ketika giliran Bung Karno sendiri tampil di atas minbar, ia sempat memuji pidato beberapa orang sebelumnya, termasuk saya. “Mana tadi anak muda yang namanya Bambang Sirait. Pidatonya lumayan bagus,” kata Bung Karno. Waduh, Bung Karno salah menyebut nama saya menjadi “Bambang” Sirait. Tapi, tak apalah, yang penting Bung Karno sudah memuji pidato saya.
Dibanding dengan Presiden RI lainnya, interaksi saya dengan Soeharto mungkin yang paling intens, terutama sebagai “lawan politik”. Selama masa Orde Baru, banyak peristiwa saya berhadapan dalam politik dengan Pak Harto, baik langsung maupun tidak langsung.
Suatu kali, di tengah masa kepresidenannya, saya minta waktu bertemu dengan BJ. Habibie. Dalam pertemuan itu saya katakan terus terang bahwa Habibie tidak cocok di dunia politik. Jadi, saya sarankan, agar dalam pemilihan presiden selanjutnya (di Sidang Umum MPR 1999), beliau tak usah lagi mencalonkan diri.
Tak selalu pandangan saya dan Abdurrahman Wahid sehaluan. Ada saatnya kami berdebat keras tentang suatu masalah politik. Tapi, sebagai politisi, saya berkeyakinan komitmen Gus Dur terhadap demokrasi dan keadilan sosial tak pernah luntur. Terutama dalam soal pluralisme, saya sangat menghargai pandangan dan sikap Gus Dur dalam membela keberagaman di negeri ini. Sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama, kemudian Presiden RI, sikap Gus Dur itu sangatlah membantu memajukan toleransi beragama dan berbangsa di negeri ini.
Sekitar pukul 3 pagi, akhirnya saya pun mengambil inisiatif menemui Megawati Soekarnoputri. Dalam pembicaraan empat mata, saya bilang : “Mega, dalam politik tidak semua yang kita kerjakan harus kita sukai. Bung Karno juga banyak melakukan kebijakan yang tak disukainya. Mega, kamu ikutlah pencalonan wakil presiden itu. Kamu sekarang wapres, tapi pasti nanti akan jadi presiden.”
Di tengah suhu politik yang memanas menjelang pemilihan presiden 2004, suatu hari saya mendapat telepon dari Susilo Bambang Yudhoyono. Cukup lama ia menelepon, hampir setengah jam. Rupanya, ia berusaha menjelaskan kepada saya tentang keretakan hubungannya dengan Presiden Megawati, juga soal pencalonannya sebagai presiden:
Saya juga meminta Joko Widodo agar selalu mencintai Indonesia. Dan untuk mencintai dengan sepenuh hati, ia harus bisa merasakan detak kehidupan rakyat secara langsung. Untuk itu ya harus sering berkeliling wilayah negeri ini: bertemu langsung dengan rakyat Indonesia dari ujung Barat sampai ujung Timur, dari ujung Utara sampai ujung Selatan. Bila perlu, dalam kunjungan itu ajaklah para pemimpin partai-politik, agar mereka juga merasakan kehidupan rakyat.
POLITIK ITU SUCI
Perjumpaan saya dengan Bang Sabam Sirait merupakan kehendak sejarah. Sejak tahun 1986, tiada hentinya Bang Sabam mendorong saya untuk segera aktif di politik. Apa yang disampaikan oleh Bang Sabam membawa perenungan yang mendalam, dan kemudian membuka kembali pintu keterlibatan saya di politik yang sebelumnya sempat tertutup.”
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
“Bagi saya, sosok Sabam Sirait bukan lagi kelasnya politisi, tapi sudah negarawan. Tak banyak sosok seperti dia di negeri ini. Hampir dalam setiap masa-masa kritis dalam sejarah negeri ini, Bang Sabam selalu hadir dan berperan. Kehadirannya selalu pas tempat dan waktu, serta suasana yang tepat. Meskipun pilihannya belum tentu menyenangkan pada saat diambil, tapi kemudian terbukti tepat.”
TAUFIQ KIEMAS
“Dalam pandangan saya, keteladanan yang ditunjukkan Pak Sabam dalam menjalankan prinsip-prinaip politik yang baik dan tulus sangatlah berarti banyak. Saya beberapa kali mendapat nasehat bagaimana menerapkan prinsip-prinsip politik tersebut dalam praktik di pemerintahan. Dan saya merasa cocok dengan pemikiran dan nasehat yang beliau sampaikan. Pak Sabam dan saya sama-sama pengangum berat Bung Karno.”
JOKO WIDODO
“Sabam Sirait adalah salah seorang yang berperan besar mendukung saya agar diterima PDI Perjuangan saat akan maju (dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta), berpasangan dengan Mas Joko Widodo. ... Beliau berbicara tentang inilah saatnya menunjukkan keindonesiaan. Ia memegang teguh politik sebagai nilai-nilai. Bagi beliau, tidak ada urusan kalah atau menang, tapi ini urusan mempertotonkan rasa kebangsaan dan kebenaran.”
BASUKI TJAHAJA PURNAMA (BTP)
“Papa menanamkan harga diri, kepercayaan diri, loyalitas, dan kecintaan kepada bangsa, negara, dan rakyat Indonesia - terutama kepada rakyat yang harus dibela hak-haknya.
MARUARAR SIRAIT
“Sabam bagi kami di GMKI itu posisinya seperti Gus Dur di mata kawan-kawan PMII. Lebih jauh lagi, ia itu Gus Dur-nya orang-orang Kristen yang telibat di pergerakan.”
ADIAN NAPITUPULU
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Sabam Sirait memberikan izin pemakaian ruangan Yayasan Komunikasi Indonesia (YKI), Jalan Matraman 10A, Jakarta Timur untuk kegiatan DPP Aliansi Kebangsaan Gotong Royong Indonesia.
Sabtu, 20 Oktober 2018
“Renungan dan Doa Lintas Iman bagi Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia, Menyongsong Pesta Demokrasi 2019”
Dalam rangka mempringati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober
Ketua Panitia : Obed Nadeak, S.E
Menghadirkan panelis dan pemimpin doa lintas iman :
- Islam ( Nasir Abbas -Ex JI),
-Kristen ( Pdt. Moshe Dayan Situmorang -PGI)
- Katholik ( Mieke Lolong -KWI)
- Budha ( Romo Mulyadi -MAGABUDHI)
- Khonghucu ( Aldi Destian Satya -MATAKIN)
Sabtu, 17 November 2018
Syukuran 1 Tahun AKGI (15 November 2018) ‘GOTONG ROYONG UNTUK INDONESIA MAJU’
Diskusi Kebangsaan AKGI
”Guru Berjuang Membela Negara, untuk Membangun Peradaban Bangsa.”
Dalam rangka memperingati hari Pahlawan 10 November dan Hari Guru (PGRI) 25 November
Ketua Panitia : Robert Panggabean, S.H
Menghadirkan panelis :
- KH Maman Imanulhaq (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan Majalengka) Memimpin Doa Harlah 1 tahun AKGI
- Dr. Agus Rachman, M.Pd
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan)
- Alexander Gunawan Suryatmodjo, S.E, M.IP
(Generasi Muda Perhimpunan Indonesia Tionghoa)
Serta dihadiri oleh Bapak Burhan Saputu perwakilan dari Bapak Jenderal (Purn) Moeldoko (Kepala Kantor Staf Presiden)
Salam Optimis Indonesia Maju
Merdeka
John Nainggolan, S.Hut
Ketua Umum DPP Aliansi Kebangsaan Gotong Royong Indonesia
Relawan Sabam Sirait Caleg DPD RI No 39 Dapil DKI Jakarta
Kader Taruna Merah Putih (TMP), organisasi sayap PDI Perjuangan
Panitia Sekolah Kader Ekumenis Nasionalis (SKEN) angkatan 2 dan 3, kerja sama antara Yayasan Komunikasi Indonesia (YKI) dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Selamat Pak Sabam Sirait"
Post a Comment