Opa Jappy : Merosotnya Nilai-nilai Moral Umat Beragama
"... merosotnya Nilai-nilai Keagamaan (bisa juga ) memunculkan dan melahirkan manusia anti agama dan atheis ...."
KAIROSPOS.COM, Jakarta - Maraknya perdebatan antar agama saat ini sangat begitu gegap gempita seolah kiamat sudah dekat dan ahli sorga mulai menyuarakan kebenaran keyakinannya masing-masing tanpa menghiraukan perasaan dan keyakinan kepercayaan orang lain, Artikel ini ditulis 7 tahun yang lalu oleh senior saya Opa Jappy tepatnya 3 Februari 2012.
Secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi (yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia).
Upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus (secara pribadi dan bersama) yang ditujukan kepada Ilahi.
Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap penyataan TUHAN Allah.
Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah, maka Ia menyatakan Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan menyembah-Nya.
Nilai atau value adalah ukuran (pada diri seseorang) tentang sesuatu (sikap, kata, situasi, dan lain lain) yang dapat (dan selalu atau sering kali) mempengaruhi perilakunya.
Nilai selalu mempunyai kaitan dengan norma atau petunjuk-petunjuk agar mempunyai hidup serta berperilaku yang baik.
Norma biasanya tidak tertulis namun berlaku dan disetujui secara umum
Agama atau ajaran-ajaran agama, biasanya bersifat mutlak; artinya tertanam dan berakarnya nilai-nilai dalam diri seseorang, yang kadang telah menjadi prinsip hidupnya, merupakan akibat dari pemahaman keagamaan yang kuat dan mendalam.
Dan seringkali ia tidak bisa menjelaskan alasan-alasan mempunyai prinsip (yang mungkin orang lain menganggap sebagai suatu kekakuan), namun karena imannya, ia tetap pada pendiriannya.
Masukan-masukan (ajaran) keagamaan yang dominan pada seseorang sangat mempengaruhi nilai-nilai hidup dan kehidupannya.
Orang yang mempunyai nila-nilai keagamaan yang baik, kokoh, dan kuat, akan menjadikan ia mampu bersifat kritis terhadap hal-hal ada di sekitarnya.
Namun, nilai-nilai hidup dan kehidupan yang dominan (karena) ajaran agama tidak boleh menjadikan fanatisme keagamaan yang sempit.
Nilai-nilai keagamaan dapat menjadi suatu saringan untuk mampu menahan diri terhadap semua pengaruh buruk.
Dengan itu, jika seseorang yang mendapat masukan-masukan ajaran Kristen, maka ia akan mempunyai nilai-nilai kristiani dalam hidup dan kehidupannya;
Jika mendapat masukan-masukan ajaran Islam, maka ia akan mempunyai nilai-nilai Islami dalam hidup dan kehidupannya;
Jika mendapat masukan-masukan sesuai Budhisme, maka ia pun mempunyai nilai-nilai hidup sesuai ajaran Budha,
.... dan seterusnya.
Jadi, masukan-masukan (ajaran) keagamaan mempengaruhi nilai-nilai keagamaan seseorang
Sayangnya, banyak tokoh agama lupa (atau pura-pura lupa!?) terhadap hal tersebut, lihatlah (baca dan tonton di media) pada realitas hidup dan kehidupan setiap hari.
Banyak perilaku orang-orang (yang menyatakan diri pemuka agama - pemimpin umat - tokoh agama, dan seterusnya) yang memperlihatkan ajaran-ajaran kekerasan, kebencian, intoleran, bahkan pemisahan dan permusuhan sosial (terhadap mereka yang berbeda).
Ajaran-ajaran miring seperti itu, tentu mendominasi pikiran, roh, jiwa para pengikutnya, dan dengan itu, menghasilkan pengikut dengan wajah tanpa kompromi, brutal serta kekerasan; dan itu adalah nilai-nilai keagamaan yang jauh dari harapan; jauh dari tatanan hubungan sosial yang baik, ramah, serta saling menerima.
Akibatnya, banyak orang hanya berId agama, namun stop sampai di situ.
Hal tersebut, bisa muncul dari kaum agamawan maupun keberadaan manusia itu sendiri.
Artinya, kaum agamawan bisa menjadikan umatnya menolak agama dan TUHAN, jika mereka menjadikan agama sebagai penghambat kemajuan serta kreativitas hidup dan kehidupan manusia.
Manusia (bisa) menolak agama, karena sebab-akibat tertentu.
Artinya, jika ia atau mereka terus menerus berada dalam sikon penderitaan, kemelaratan, putus asa, dan tanpa pertolongan oleh siapa pun (termasuk dari umat yang taat beragama), maka melahirkan suatu sikap penolakan radikal terhadap agama-agama.
Mungkin, pada awalnya hanya menolak manusia yang beragama, namun dalam perkembangan selanjutnya, menyebar menjadi anti agama dan TUHAN.
Dan dengan itu, tidak menutup kemungkinan Tokoh Agama dan (Ajaran Agama (lah) menjadikan manusia (umatnya) menjadi ATHEIS; manusia yang menolak agama (dan sekaligus menolak) percaya (adanya) Tuhan.
Jadi, negara jangan marah atau menghukum orang-orang Indonesia yang Atheis.
Hukumlah para tokoh agama, merekalah penyebab utama manusia menjadi atheis
Dan dampak lain pada manusia (yang) tanpa nilai-nilai (nilai-nilai moral umat beragama) keagamaan ada di mana-mana, termasuk Nusantara.
Mereka adalah manusia yang telah menghambakan diri pada keinginan diri dan hawa nafsu serta segala bentuk perbuatan jahat dan kejahatan.
Nilai-nilai moral (umat beragama) yang merosot, juga merupakan jalan jalan bebas hambatam (tol) menuju dekadensi moral.
Dekadensi moral bermakna sikon moral yang merosot (jatuh) atau sementara mengalami (dalam keadaan) mundur atapun kemunduran; kemunduran dan kemorosatan yang terus menerus (sengaja atau pun tidak sengaja) terjadi serta sulit untuk diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula atau sebelumnnya.
Di samping ketidakpedulian pada agama, sikon sosia-kultural masyarakat yang buruk; motivasi agar memperoleh kepuasan melalui banyak (adanya) harta benda; serta berbagai faktor dan kejahatan lainnya, mempunyai andil besar pada dekadensi moral masyarakat di banyak tempat dan pada berbagai bangsa.
Karena paduan sikon yang buruk dan upaya mencapai semua keinginan hati, biasa membangun motivasi untuk memenuhinya dengan berbagai cara.
Jika upaya pemenuhan itu tidak tercapai dengan hal-hal wajar, normal, baik dan benar, maka akan beralih melalui pelanggaran hukum, norma, etika, dan seterusnya.
Dan ketika seseorang memasuki peralihan tersebut, maka ia telah terjerumus ke dalam dekadensi moral.
Di Negeri ini, hampir semua manusianya, menyatakan diri sebagai manusia beragama (dan kaum pembela agama), namun (juga di negeri ini) korupsi, perzinahan, perkosaan, kebobrokan moral, kerusuhan, kebrutalan, perampokan, dan lain sebagainya merupakan kebiasaan yang lumrah dan diterima sebagai sesuatu yang wajar.
Kini banyak orang sudah tak malu - tanpa malu-2 (ketika) melakukan kejahatan, pelanggaran hukum; dan juga tanpa rasa malu memperlihatkan hasil kejahatannya.
... tragis ...
LALU ... di manakah diri kita (anda dan saya)!?
Penulis : Opa Jappy
0 Response to "Opa Jappy : Merosotnya Nilai-nilai Moral Umat Beragama"
Post a Comment