Sarasehan Membangun Jati Diri Bangsa Melalui Perjuangan Sisingamangaraja XII
KAIROSPOS.com, Jakarta - Sarasehan membangun jati diri bangsa melalui sejarah dengan judul "De Laatste Sisingamangaraja" atau Radja Sisingamangaraja Terakhir digelar di Museum Nasional Auditorium Basement Gedung B Jl. Medan Merdeka Barat No.12 Gambir Jakarta Pusat. Jum'at 28 Februari 2020.
Jejak Perjuangan dan Kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII dipaparkan oleh Profesor Nicolaus Lumanauw, PhD., Pembina ADFA. Nicolaus Lumanau menjelaskan "Menurut ukiran Batak Gorga itu berupa corak ukirann corak ukiran itu dalam bahasa Batak artinya Singa. Mangaraja itu artinya merajai, Mangaraja terpengaruh bahasa hindu yang artinya Maharaja. Sisingamangaraja artinya pola panutan, seorang Maharadja sebagai pola panutan. Konsep pemikiran Batak bahwa Raja itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, kalau dalam bahasa Batak namanya Ompu Raja Na Bolon, konsep dalam budaya Jawa Raja itu berasal dari wahyu Sang Maha Pencipta. Jadi konsep untuk menjadi raja sebelum dilahirkan sudah di wahyukan untuk menjadi raja ditengah kaumnya, jadi gelar Sisingamaraja itu gelar kerajaan secara turun temurun dari Sisingamangaraja I sekitar tahun 1515 - sampai Sisimangaraja XII tahun 1978 dengan gelar Ompu Pulo Batu, nama kecilnya Patuan Bosar, dalam bahasa Indonesianya Dialah yang membawa kemakmuran. Sisingamangaraja mengenalkan hukum, aturan-aturan, dan menetapkannya. Jadi orang batak itu sifaatnya satria sebelum berperang harus dinyatakan terlebih dahulu dalam bentuk Pulas. Raja Sisimangaraja itu Raja Imam, berpengetahuan luas, Raja adat. Raja Sisingamaraja mempunyai strategi diplomasi yang handal dapat menyatukan aceh yang berbeda suku dan keyakinannya untuk melawan Belanda, demikian juga dengan kerajaan Dairi, Simalungun wilayah disekitarnya untuk satu tujuan" Papar Profesor Nicolaus Lumanauw.
Pemerhati Budaya Brgjen TNI(Purn) TH. Sinambela, S.IP. yang hadir sebagai pembicara mengatakan "Diawali dengan keyakinan dan keterlibatan pihak pihak pemerintah memberikan dorongan dan semangat demikian juga dengan pihak keluarga Sisingamangaraja yang memberikan dorongan. Ada pihak Balai Pustaka, Depdikbud, dan Pariwisata, ada dari Museum Pemerintah siap mendukung. Demikian juga ada cucunya dan cicitnya yang sangat mendukung pembuatan film ini." tutur TH Sinambela.
Lebih lanjut TH. Sinambela mengatakan "Dijaman milenial ini keteladan Sisingamangaraja ada tiga disebut Pulas. Pertama, mengusir penjajah, kedua, melarang, sombong, ketiga mengadakan negosiasi dengan raja-raja Batak. Nah pulas dalam jaman Milenial ini apa? Berantas Korupsi, Hindari Narkoba, pelihara jangan ada SARA. Dengan nilai semangat juang Sisingamangaraja mari kita terapkan" terangnya. (Thony E.)