KAIROSPOS.com, Jakarta,Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia, PEWARNA Indonesia didukung dengan lembaga Asosiasi Pendeta
Indonesia (API) dan Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) menggelar Focus Group Discussion dengan tema menimang calon pemimpin 2024 bersama generasi muda,
Jumat 13/03/20, di Gereja gerakan Pantekosta, jalan Kramat Soka, Senen Jakarta
Pusat.
FGD kali ini dilatarbelakangi menguatnya gerakan Intoleransi
di tengah ancaman bahaya virus Corona Covid 19 menjadi kegelisah tersendiri
bagi sebagian anak bangsa. Ketegasan seorang pemimpin di negeri ini sangat
dibutuhkan agar terjamin kehidupan yang rukun saling menghargai dan menerima
keperbedaan.
Seperti yang diungkapkan Arbie Haman ketua umum AMPP suatu
organisasi yang konsen terhadap keberagaman ini dan juga Alan Christian Singkali
dari GAMKI, bahwa pemimpin ke depan harus bukan sekedar nasionalis saja tetapi
pemimpin yang mampu menjaga dan menghargai keberagaman, tegas akan tindakan
yang yang mengganggu keberagaman itu harapannya. Perkara apakah sosok itu
perempuan atau suku atau agama apapun tak menjadi persoalan selama konsen
terhadap toleransi yang setara tersebut.
Tentang kepimpinan yang nasionalis Samuel Tobing Stah Ahli
DPR RI Komisi II ini, sebagai kader PDI Perjuangan Samuel menegaskan bahwa
partainya sudah memeprsiapkan kepmimpinan seperti harapan masyarakat yang
nasionalis dan mengayomi semua masyarakat tegasnya.
Sedangkan Hendrik Yance Udam menambahkan pemimpin kedepan
adalah seorang pemimpin yang takut akan Tuhan seperti dalam kisah Yusuf yang
menjadi pemimpin yang menginspirasi di
Mesir, sekalipun menurutnya belum saatnya sekarang bicara pemimpin 2024
mengingat pemerintahan Jokowi baru saja berjalan belum ada setahun.
Dalam FGD yang digelar siang itu salah satu bahasan bagaimana peran umat Nasrani mampu berbicara
di negeri ini, Rinto Wardana Advokat
muda yang sedang menggugat Peraturan dua menteri di MA ini, bicara peran umat
Nasrani untuk pemimpin 2024 yang hanya satu orang, dirasa masih berat, tetapi
bagaimana peran itu bisa dilakukan dengan masuk menjadi orang-orang dekat orang
nomor satu misalnya dengan menjadi tim penisihat atau watimpres itu lebih
realitis dan perannya bisa dirasakan.
Sedangkan Fredrick Pinakuranry menyambut baik acara ini,
apalagi dengan paparan para senior yang turut hadir seperti Merphin Panjaitan
sangat memberi masukan yang baik bagi generasi muda. Ternyata peran umat
Nasrani terutama tokoh-tokoh Indonesia Timur itu sangat signifikan terbentuknya
negeri ini, sudah tentu terang Fedrick sebagai anak-anak Indonesia Timur mampu
menjga dan merawat negeri ini agar tetap beragam dan menerima kebhinekaan itu.
Dickson Ringo sebagai generasi muda eukumenis memandan
bicara topik ini, terlalu dini tapi bolehlah sedikit tes wacana publik. James
Richardson Logan menamai Indonesia, untuk wilayah pulau-pulau di antara
benua Australia dan Asia, di antara laut Atlantik dan Pasifik. Beragam
perbedaan dalam hal spiritual/religi, kultur dan ras. Karena itu sangat sulit
menemukan cara mempersatukannya. Karena itu Belanda menjajah wilayah Hindia
Belanda dengan pendekatan lokalitas.
Bicara kepemimpinan nasional harus berdasar siklus
kepemiluan dan konstitusional, rasanya tak mungkin lebih dari 2 periode bila
pun ada sosok baik. Pemimpin perempuan secara psikopolitik dan sosiopolitik
bahkan di negara maju masih sedikit.
Sedangkan kapasitas calon pemimpin harus dibentuk, kapasitas
tidak bawaan lahir, harus disiapkan, dikader. Kemampuan manuver politik
dan keterampilan mengelola kekuasaan perlu dilatih dan dididik
(Kaderisasi).
Dickson juga menyorot bahwa oligarkhi politik
merupakan cara buruk elit mengelola kekuasaan dan harus dilawan,
pasti merusak sistem kepemimpinan nasional dan mengorbankan rakyat. Oligarkhi
akan mengabaikan kapasitas, kehancuran peradaban politik menjadi niscaya.
Dalam closing statemennya Dickson melihat bahwa politik itu
halaman depan/ruang terbuka untuk menampilkan pemimpin yang mengurusi
banyak orang. Halaman belakang/ruang tertutup adalah kaderisasi untuk
mempersiapkan tampilnya pemimpin yang dibutuhkan, populer, berkapasitas dan
berintegritas.
Sedangkan Albert Siagian aktifis muda mantan Sekjen GAMKI
dan saat ini aktif di PGIW DKI Jakarta berharap acara bersama dengan
figure-figur muda ini tentu sangat baik, dan jangan sampai hari ini bisa
bersama tetapi ujung-ujungnya setelah jadi timses tak bisa duduk bersama,
selain itu Albert juga tidak masalah kalau bicara kepemimpinan 2024 sudah mulai
dipersiapkan karena memang dibutuhkan persiapan dan waktu agar pemimpin yang
dipilih itu benar-benar sesuai standar yang diinginkan bersama untuk memimpin
bangsa yang besar ini.
Hasudungan Manurung yang juga seorang lawyer bahwa
peran-peran yang bisa dilakukan umat Nasrani itu bisa masuk dalam berbagai
ranah baik pendidikan maupun gerakan menjaga dan mengawal konstitusi agar
jalannya pemerintah ini terus mampu menjaga keseimbangan.
Thony Ermando dari PEWARNA Indonesia memandang Pemerintahan saat ini harus lebih fokus membangun penegakan infrastruktur hukum yang baik sesuai dengan program Nawacita Jokowi, tanpa perbaikan penegakan hukum yang baik akan sulit mempersiapkan calon pemimpin yang baik dan berkualitas dampak money politic masih sangat kental mulai dari Pilkada hingga Pilres yang sudah berjalan di Indonesia.
Lidia Natalia Sartono Wakil Ketua Umum Fox Point Indonesia mengatakan "Sudah waktunya Perempuan memimpin negri ini, minimal menjadi Wapres" terangnya.
Lidia Natalia Sartono Wakil Ketua Umum Fox Point Indonesia mengatakan "Sudah waktunya Perempuan memimpin negri ini, minimal menjadi Wapres" terangnya.
0 Response to "FGD Mempersiapkan Pemimpin Yang Nasionalis dan Menghargai Keberagaman"
Post a Comment