Ronny Mandang (Ketum PGLII) dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdanul Ulama Said Aqil Siradj |
Anggota dan Pengurus PGLII
Pertama, Tidak ada seorang pun di Indonesia yang sebelumnya
telah menduga akan terjadi sebaran Covid19 yang merebak dari Wuhan-China ke
seluruh dunia, lebih dari 200 negara, bahkan termasuk di Indonesia. Pengaruh
Covid19 telah merubah banyak tatanan kehidupan keagamaan, sosial-ekonomi,
politik, dunia tenaga kerja, termasuk kehidupan masing-masing keluarga. Banyak
ahli bependapat untuk merestorasi akibat Covid19, dalam ukuran suatu negara
besar dan maju saja dibutuhkan waktu diatas dua tahun. Dari sisi, tatanan
ekonomi tidak ada satupun negara yang mencapai target, mata uang banyak negara
anjlok, pengangguran di seluruh dunia meningkat, sementara kebutuhan pokok
mulai dari bayi hingga lanjut usia menjadi sangat sulit diperoleh dan mahal.
Hal ini, belum termasuk kebutuhan energi, kesehatan, pendidikan dan keuangan
yang menjadi sangat tidak stabil. Covid19 benar-benar telah membuat banyak
kepala negara menjadi sangat repot karena vaksin Covid19 belum juga ditemukan,
dan masih belum tahu berapa lama harus me-lockdown atau mengkarantina
negaranya, wilayahnya atau kotanya? Korban yang berjatuhan akibat Covid19 tidak
mengenal batas dan status sosial manusia. Ada Pangeran, Ratu, Menteri, Artis,
Olahragawan, Pengusaha, Tenaga medis, Pendeta, Kiayi, rakyat biasa dan siapa
saja. Dan hingga hari ini, tidak ada seorang pun yang tahu kapan waktunya
Covid19 akan segera berhenti?
Kedua, Kita adalah orang yang percaya dan beriman kepada
Allah Bapa, Yesus Kristus Juruselamat dan Kepala Gereja kita, dan Roh Kudus
Penolong dan Penghibur kita sekalian. Kita hidup dalam suatu hubungan yang
terjaga dengan Allah kita, kasih kita dan keyakinan iman kepada Tuhan Yesus
melampaui apapun yang ada di dunia ini. Kita adalah anak-anak-Nya (Yohanes
1:12), kita memiliki Roh Kristus (Roma 8:9,10); kita memiliki roh yang lebih
besar dari roh yang ada dalam dunia ini (1 Yohanes 4:4), karena Roh Kudus
dicurahkan di dalam kehidupan kita, kita memiliki kuasa dan menjadi saksi-Nya
(Kisah Para Rasul 1:8), kita diberi kuasa di dalam namaNya untuk mengusir setan
(Markus 16:17); dan kita juga diberi kuasa untuk menginjak ular dan
kalajengking, dan kuasa untuk menahan segala kekuatan musuh (Lukas 10:19); dan
tidak ada hal apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Roma 8:35).
Namun demikian, tidak dibenarkan jika kita menjadi lalai atau ceroboh dalam
menghadapi sebaran Covid19. Hal-hal yang telah telah dihimbau dan diatur oleh
World Health Organization (WHO) dan Pemerintah RI, untuk menghentikan sesaat
seluruh kegiatan peribadahan yang mengumpulkan banyak orang, bekerja dari
rumah, belajar dari rumah, beribadah di rumah; Menjaga jarak - Social
Distancing, Phisical Distancing, tetap menjaga hidup sehat dan tetap tinggal di
rumah, sangat perlu disambut dan diikuti dengan baik.
Ketiga, Karena itu
betapa kita patut bersyukur dan menjadi sangat penting karena kita sekalian
hidup "di dalam Kristus", memiliki kesempatan menghadirkan Injil
Kabar Baik, sekaligus tetap terlibat dalam pembangunan bangsa melalui iman yang
dalam dan kokoh (Markus 16:15; Yesaya 25:3). Memiliki iman yang semakin dalam
dan semakin kokoh Deeper and Stronger Faith (Yohanes 15:7, Kolose 2:6,7);
memiliki Pikiran Kristus (1 Korintus 2:16); dimana kita hidup dengan percaya
dan bukan dengan melihat (2 Korintus 5:7). Ya, hanya dengan "Iman yang
makin dalam dan makin kuat" kita dimampukan menghadapi semua ujian dan
tantangan yang tengah terjadi, namun tetap berada pada barisan perarak-arakan
pembangunan bangsa yakni melalui ideologi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka
Tunggal Ika.
Keempat, Berdiam di
rumah adalah kesempatan yang harus digunakan untuk membangun kembali relasi di
antara sesama anggota keluarga, sekaligus membangun ibadah keluarga yang
kemungkinan selama ini tidak pernah atau jarang dilakukan, termasuk oleh
keluarga Anggota dan Pengurus PGLII. Demikian pula bagi gereja-gereja dan
lembaga-lembaga keagamaan, situasi yang berkembang akibat Covid19 yang telah
membawa banyak perubahan dan akibat, seperti kehidupan ini menjadi sulit, perlu
segera secara bersama-sama untuk saling membantu dan memberi bantuan baik dalam
bentuk doa, tenaga sukarela, barang maupun uang, yang diperlukan baik untuk
warga gereja, hamba-hamba Tuhan atau masyarakat luas. Dan tentu saja dalam
situasi seperti ini, bukan saja ibadah on line menjadi "salah satu"…
Akhirnya...
Kelima, Seluruh Anggota dan Pengurus PGLII yang dilindungi
dan diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja kita, marilah kita semua
tetap menjalankan kehidupan iman yang terus bersandar kepada Tuhan Yesus
Kristus, membangun iman yang semakin dalam dan kuat, membangun kehidupan dalam
kesederhaaan, dan membangun persekutuan vertikal dan horizontal sesuai Injil
Matius 22: 37-40. Kita juga tetap diajak untuk tetap tekun berdoa, membaca
Alkitab, tenang dan percaya bahwa masa-masa kesulitan akibat Covid19 akan
segera berakhir. Bersama Yesus kita tetap berkemenangan, amin!
Salam Injili
Ketua Umum PP PGLII
Ronny Mandang.
0 Response to "PESAN PASTORAL PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DAN LEMBAGA-LEMBAGA INJILI INDONESIA (PGLII) TERKAIT PANDEMI COVID19"
Post a Comment