Dengan karakter yang kuat maka mahasiswa Timor Leste akan mempunyai keunggulan dalam persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. “Intinya adalah lakukanlah apa yang kamu ingin orang lain lakukan kepadamu,” imbuh Direktur Center for European Union Studies (CEUS) Partogi Samosir tersebut. Ceramah yang dihadiri oleh 40 mahasiswa Timor Leste tersebut diadakan agar para mahasiswa Timor Leste mendapatkan pembekalan yang serius sehingga mereka tidak hanya membawa misi pribadi, tetapi mereka juga mengambil peran fungsional sebagai duta bangsa, non-state actor dalam hubungan internasional.
Dalam ceramah yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI), Kombes Pol. Dra. Muji Diah Setiani menyebutkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tata cara manusia bergaul. Etika pergaulan internasional bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dan komunikan agar keduanya merasa senang, damai, terlindungi, karena tidak ada pihak yang dirugikan kepentingannya, dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan hak asasi manusia secara umum.
“Kita juga harus menghargai waktu. Datanglah sesuai dengan jam yang ditentukan. Jika kita datang terlambat, itu sama dengan kita tidak menghormati orang yang mengundang kita,” kata Atase Kepolisian RI untuk Timor Leste tersebut ketika menjelaskan mengenai etika pergaulan internasional dalam memperkenalkan diri, dalam berpakaian, dan dalam menyantap makanan.
Seusai ceramah, para peserta mengaku bersemangat menjadi manusia baru. Menurut Mariana dos Santos, ceramah ini memperkaya pergaulannya. “Saya terinspirasi memperbaiki cara bergaul saya,” kata Mariana.
Zeniva Monis mengatakan, “Saya sangat berterimakasih karena saya baru tahu bahwa menatap mata (eyes contact) sangat penting ketika saya memperkenalkan diri kepada orang lain, etika di meja makan, dan etika berpakaianan.”
Bagi Manuel Freitas, ceramah ini membuat dirinya introspeksi. “Satu kata yang selalu saya ingat, jika kita ingin dihormati orang lain, maka kita harus lebih dulu bisa menghargai orang itu,” kata Manuel.
“Kami sangat bersyukur karena mengetahui etika, sikap dan penampilan, serta etiket di meja makan adalah tiga hal yang sangat penting dalam pergaulan internasional kami,” kata Josefina Henrique.
Menurut Jaimito Soares, “Saya sekarang memahami bagaimana caranya bersikap yang baik di acara-acara resmi. Saya akan mempraktekkan cara memperkenalkan diri, bukan hanya dengan kata-kata saja, tapi dengan bahasa tubuh (body language) saya juga.”
“Ceramah ini memotivasi saya supaya saya tidak melihat lebih dari 1 (satu) detik saja, orang yang tidak tahu bagaimana menggunakan pisau/sendok/garpu, atau orang yang menjatuhkan makanan dari piringnya,” kata Julia Sequeira.
Penulis : Poetra Achock Haekal
0 Response to "MAHASISWA BERKARAKTER NON-STATE ACTOR DALAM PERGAULAN INTERNASIONAL"
Post a Comment