Wisudawan dan wisudawati nampak ceria dan bangga, sekalipun dalam wisuda ini tidak didampingi oleh orang tuanya karena pandemi yang berkepanjangan.
Wisuda Sekolah Tinggi Injili Jakarta (STIJA) dilaksanakan mulai dari pagi hingga siang hari dengan melaksanakan protokol kesehatan ketat tercatat ada 33 orang mahasiswa/i yang diwisuda semuanya dari prodi Sarjana Pendidikan Agama Kristen (SPAK).
Lebih jauh mengenai STIJA, Frans Ansanay S.H,. M.Pd menjelaskan sepanjang di bawah kepemimpinannya wisuda ini terhitung baru angkatan perdana, karena saat pandemic maka para wisudawan ini diberi nama corona I dan corona II. Sebagai pimpinan Frans menegaskan sebelum wisuda dilaksanakan menunggu izin perpanjangan dari kementerian agama dan itu sudah dapat ijin dan mendapatkan juga akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
“Dengan memperoleh BAN-PT sebagai dasar saya untuk mewisuda, sebab saya mau menghindari efek hukum undang-undang sekdiknas 2003”, terang Majelis Tinggi GKSI ini.
Sebelumnya terang Frans STIJA ini dalam mewisuda masih bergabung dengan STT Pokok Anggur, tetapi tahun ini STIJA sudah mandiri.
Mengenai wisuda yang dua angkatan itu, Frans memaparkan itu dilakukan karena situasi pademi covid-19 perlu membuat format yang pas dimana langkah-langkah pembinaan protokol kesehatan covid-19 harus dijalankan, selanjutnya adalah setelah kita mendapatkan aktifitasi dan ijin penyelenggaraan kementerian agama terlebih dahulu.
Dalam gelar wisuda ini berjumlah 33 para wisudawan dan wisudawati dari dua angkatan yakni angkatan tahun 2015 dan 2016, dari semuanya ini jurusan pendidikan Kristen S.PAK
Diakuinya bahwa sampai kini semuanya masih prodi pendidikan agama Kristen, ke depan baru akan dipertimbangkan apakah bisa membuka prodi teologia apa tidak. “Karena sekarang kan sistim baru prodi teologi, prodi kependetaan dan prodi PAK, jadi kependetaan dipisahkan dari teologi, karena itu kita akan berfikir tentang prodi kependetaan untuk pengembalaan jemaat-jemaat Gereja Keristen Setia Indonesia (GKSI)”, tukas ayah empat anak ini.
Lebih lanjut Frans menegaskan bahwa dalam sidang Sinode yang baru saja digelar sudah diputuskan tentang pendidikan agama Kristen ini, juga diberikan mata kuliah-mata kuliah pastoral teologi, sehingga tidak menjadi masalah kalau mereka akan memimpin jemaat untuk pelayanan di GKSI.
Sedangkan dalam penerapan sistem pendidikan di SIJA sendiri menggunakan ITE dalam arti belajar mandiri dan perpustakaan. “Kita ada lima ribu buku yang dibuat secara ITE. Jadi mahasiswa kita arahkan untuk mencari refrensi lewat perpustakaan STIJA secara ITE juga perpustakaan yang manual.Dosen-dosenpun diarahkan untuk mengajar seperti itu”, urainya panjang lebar.
Selain itu dalam pembelajaran lebih banyak menggunakan pola seperti kuliah dua arah yang di mana interaksi dilakukan antara pengajar dan yang diajar atau mahasiswa, jadi tidak lagi menggunakan pola manual, tidak seperti pengalaman beberapa perguruan tinggi teologi yang hanya duduk satu arah seperti diskusi
Beasiswa dan ikatan dinas bagi lulusan STIJA
Bagi mahasiwa STIJA semua mahasiswa dan mahasiswi mendapatkan beasiswa sebagai tindak lanjutnya mahasiswa tersebut ada ikatan dinas, dan sudah dipersiapkan fakta integritas yaitu kontrak dengan sekolah dan gereja. Memang dari awal sudah ditanamkan pemahaman tersebut kepada anak-anak, sehingga tidak ada pemikiran yang memberontak intinya mereka sudah menyadari dari awal. Makanya setelah wisuda sudah langsung penempatan baik di gereja-gereja maupun di lembaga-lembaga pendidikan.
Apa Harapannya STIJA?
Berbicara harapan ke depan Frans mengatakan terus meningkatkan mutu dan kwalitas akademis tetapi juga menjaga kualitas dosen-dosen dari S-2 dan S-3, bahkan kini para dosen banyak mengambil S-3 lagi,
STIJA juga meningkatkan terus sarana dan prasarana, seperti ada dua kampus A dan B bahkan kini sedang mengembangkan kampus C tinggal menunggu proses pembebasan lahan di Depok yang luasnya satu hektar daerah Tapos.
“Jadi kampus kami sudah tiga dan saya mau melirik prodi PGSD,Prodi PAUD, Prodi TK dan lainya, sehingga mereka lebih bermanfaat dilingkungan gereja dan masyarakat”, terangnya..
Kalau bidang pendidikan lebih ditekankan diakui Frans karena konsep pendidikan itu adalah konsep mendidikan Kristus. Kristus itu lebih banyak mengajar supaya mereka mengerti yang diajarkan.
Jadi pola alkitabiah kita gunakan dengan tetap memperhatikan situasi perkembangan sekarang.“Oleh sebab itu ada materi materi tambahan yang kita berikan seperti tentang Pancasila,tentang undang-undang dasar 45 dan materi MKDU yang lain termasuk pemerintahan sebab nantinya mereka akan berhadapan pemerintah desa umumnya,”tegasnya serius
Diharapkan semua lulusan STIJA sudah mempunyai mintsed mengerti tentang bagaimana yang dilakukan bangsa dan negara, sampai basis paling bawah dimana mereka ada.jadi tidak membangunkan masyarakat yang kontrak produktif dengan negara tetapi mereka bermanfaat mengarahkan masyarakat lebih mengerti dengan negara.